All about Innovation💡, Law⚖️, Management📝, & Soccer⚽: Juli 2017

IWA

Minggu, 23 Juli 2017

Persib 2017: Materi Los Galacticos, Performa Los Galactikusruk, Hasil Los Galactikeok. Ada apa denganmu, Sib?



Sedih kalau Persib mendapat julukan seperti itu. Melihat materi pemain yang bertabur bintang, baik pemain asing maupun lokal, tim pelatih yang berkualitas, keuangan yang sehat, sponsor yang mengantri, suporter yang loyal, dan manajemen yang solid, hampir semua penggila bola Indonesia setuju bahwa tim Persib 2017 menjadi salah satu kandidat juara (atau sejelek-jeleknya 5 besar lah) di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1 2017. Kenyataannya, setelah menjalani 16 pertandingan, tidak diduga tidak disangka, Persib berada di papan bawah, peringkat 14 atau setingkat di atas zona playoff degradasi (peringkat 15) dan zona degradasi (peringkat 16-18) dengan produktivitas gol negatif. Itupun masih rawan tergeser oleh Sriwijaya FC yang masih menyisakan dua pertandingan sisa. Pada saat TSC 2016 era pelatih Dejan Antonic saja, putaran pertama (17 pertandingan) Persib bisa menghasilkan poin 26, yang sekarang hanya 21, tersisa 1 pertandingan lagi, kalau menang menjadi 24, miris sekali. Tapi, positifnya, Persib tetap jago kandang yang kebanyakan hasilnya seri hehe..

Menurut saya, faktor-faktor penyebabnya:

1. Manajer dan Pelatih kenapa dipisah

Coba kita simak definisi manajer sepak bola menurut Wikipedia

In association football, a manager is an occupation of head coach in the United Kingdom responsible for running a football club or a national team. Outside of the British Isles and across most of Europe, a title of head coach or coach is predominant.

Manager (association football) - Wikipedia

https://en.wikipedia.org/wiki/Manager_
(association_football)

Kalau disimpulkan, manajer sepak bola adalah pelatih kepala juga, jadi orang yang sama, baik di level klub maupun timnas,dan ini sudah lumrah berlaku di negara manapun, terutama yang sudah maju sepak bolanya. Ada yang menyebutnya juga coach manager Nah, di Indonesia, peran manajer dan pelatih dipisah. Kalau masing-masing berperan sesuai job description sih ok-ok saja. Tetapi, yang dikhawatirkan, kalau manajer mengambil peran pelatih, nah ini yang bahaya, pelatih menjadi was-was dan kurang nyaman karena diintervensi. Saat Persib juara ISL 2014, peran manajer dan pelatih juga dipisah, tapi saya melihat pelatih begitu nyaman bekerja, begitupun manajer, tidak ada intervensi, sehingga terlihat kompak. Nah, di Persib 2017, ada yang berbeda, antara manajer dan pelatih terlihat kurang kompak, seperti ada tekanan dari pihak lain (kayaknya sih dari pihak sponsor yang merasa punya jasa atas pemain Persib tertentu).

2. Tidak ada Direktur Teknik dan Talent Scouting

Setau saya, peran Direktur Teknik cukup penting, yaitu sebagai penghubung antara pelatih kepala dengan manajemen, memastikan agar mereka berada dalam satu visi dan mengawasi perekrutan pemain. Nah di Persib ini tidak ada. Yang dikhawatirkan kalau pelatih dan manajer bertindak di luar kontrol, tidak sepaham, siapa yang menengahi, siapa mediatornya?

Sedangkan peran Talent Scouting tidak kalah pentingnya, yaitu memantau potensi pemain-pemain berkualitas, baik lokal maupun asing, baik putra daerah, maupun luar daerah, baik muda maupun tua, serta baik didikan akademi sendiri maupun di luar itu. Di Persib pun ini tidak terlihat.Yang dikhawatirkan, tim akan asal comot ambil pemain, hanya lihat nama besar saja, percaya sama agen pemain, tanpa melihat performa, usia, dan kebugarannya.

3. Terlalu Bangga dengan Keberhasilan Bisnisnya

Saya perhatikan, sejak Persib juara ISL 2014 dan Piala Presiden 2015, Persib begitu berambisi mengembangkan kerajaan bisnisnya. Hal ini bagus dan menimbulkan kebanggaan (mudah-mudahan tidak ada perasaan riya/pamer), tapi di sisi lain bisa menjadi bumerang, karena kurang memperhatikan aspek-aspek lain dalam industri sepak bola, contohnya saja seperti program CSR Persib untuk suporter setianya kok dirasa masih kurang ya, lalu masalah kebocoran tiket yang masih saja terjadi, akses jalan ke stadion GBLA masih terbatas, masalah parkir untuk suporter, dan sebagainya. Bangga boleh, tapi kalau berlebihan khawatir jadi riya dan sombong, sehingga menjadi senjata makan tuan buat Persib sendiri. Hal-hal tersebut tentunya harus diperhatikan jika Persib ingin menjadi tim terbaik di Indonesia, bahkan Asia.


4. Salah dalam Perekrutan Pemain

Kesalahan mendasar adalah tidak mengecek secara detail rapor terbaru pemain-pemain juara ISL 2014 yang dipertahankan. Misal: usia, performa terakhir, kebugaran, masa keemasan. Mungkin ini mirip tim AC Milan era Paolo Maldini cs saat juara Liga Champions 2003. Untuk musim berikutnya, pemain-pemain  tua seperti Paolo Maldini, Cafu, Rui Costa cs dipertahankan tanpa mengecek rapor terakhirnya dan tidak terlalu banyak melakukan regenerasi. Akhirnya AC Milan hancur lembur di musim berikutnya. Hal ini terulang di Persib 2017 setelah berjaya tahun 2014 dan 2015. Saya menghitung ada 13 pemain tua/kolot/aki-aki di tim Persib 2017, itu bisa bikin satu tim maung kolot dengan formasi 4-4-2: Made Wirawan; Supardi, Vujovic, Jufriyanto, Tony; Atep, Essien, Hariono, Tantan, Dijk, Cole. Cadangannya masih tersisa Maitimo dan Wildansyah. Ini tentunya kondisi yang tidak baik, karena pelatih harusnya paham bahwa pemain tua rentan cedera, gerakannya lambat, recovery-nya lama, lebih lama dari pemain muda (ditandai dengan mudah kelelahan dan rentan cedera jika jadwal padat). Baiknya ke depannya dibatasi saja pemain tua cukup 7 pemain saja, dengan starter (di tim inti) maksimal 4 pemain saja, biar ada keseimbangan. Pertanyaan berikutnya, kenapa Persib menumpuk CMF (Central Midfielder) dan DMF (Defensive Midfielder) tapi kurang sekali attacking playmaker-nya? kenapa pelapis Vlado dan Jufriyanto tidak setara kualitasnya dan posturnya tidak jangkung? kenapa bek kirinya kurang gesit? kenapa Essien dipaksakan jadi attacking playmaker? kalau fisik Essien ga siap, tapi tetap dibutuhkan untuk strategi bisnis dan promosi tim, kenapa ga dijadiin duta tim saja seperti halnya Ronaldinho yang sekarang jadi duta tim Barcelona? kenapa mantan pemain Persib seperti Marcos Flores, Agung Pribadi, Dias, Firman Utina, dan lainnya malah bagus di tim lain, dan jadi senjata makan tuan buat Persib? Kenapa Cole bisa lolos tes medis, tapi fisiknya bermasalah? Kenapa sudah merekrut Van Dijk yang sudah tua, kok malah ngerekrut pemain aki-aki lagi seperti Cole, seperti ga ada pemain lain saja? Tapi, ya sudahlah, itu sudah terjadi, mudah-mudahan ada perbaikan ke depannya. 


Demikian unek-unek, kritik, dan saran saya. Hampura sataacanana. Akhir kata, saya ingin buat the dream Persib Bandung, terdiri dari banyak pemain putra daerah Jawa Barat dan muda potensial (seperti Erwin Ramdani, Hanif, Asep Berlian, dan Alfath), pemain asingnya benar-benar berkualitas dan terpakai semua, serta tidak terlalu banyak pemain tua. Coach Manager sekelas Kiatisuk Senamuang dan Rahmad Darmawan, sedangkan Direktur Teknik sekelas Danurwindo. Kalau semua faktor di atas tadi diatasi, saya yakin, pelatih akan tenang bekerja, pemain akan nyaman bermain, manajemen kompak, sponsor semakin mengantri, serta suporter semakin loyal, maka istilah main dengan hati dan mental juara akan muncul dengan sendirinya. Hidup Persib. Geura bangkit Sib.


Diupdate 5 Januari 2018: Tim impian Persib utk menyambut liga 2018. Sepertinya tim yg skrg dibangun dan dilatih pelatih asing (berkualitas) Mario Gomes msh menyimpan tradisi lama. Gaya transfer pemainnya msh sama dgn musim lalu. Asl comot pemain tua. Bhkn 11 pemain tua bs dijadikan starter (4-3-1-2: Made; Supardi, Igbonefo, Jufriyanto, Tony; Essien, Hariono,  Eka; In Kyun, Atep; Airlangga. Cadangan pun msh ada Malisic n Wildansyah). Mereka lbh pantas jadi Tim Old Star/Legenda Persib/Persib U-37, bkn Persib 2018 yang fresh, energik, tapi tetap bermental juara. Sedih pisan. Berpikiran terbuka atuh manajemen? Tampung aspirasi semua pihak yg mendukung Persib, jgn hny ngandelin kata agen pemain ini pemain bagus... Tapi harapan besar ada di pelatih Persib yang sekarang, Mario Gomez. Semoga beliau bisa membungkam kritikan tersebut dan yang mengkritik berbalik menjadi pendukung setia. Buktikan coach!


Andaikan Tim Persib 2018 spt Ini, Lbh Fresh n Energik, tp Pemain Senior msh Dibutuhkan
Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com


 
    

 

 

Senin, 17 Juli 2017

Fenomena Kerasnya Persaingan Liga 1 Indonesia 2017

 






Biasanya saya tertarik dengan gemerlap dan ketatnya persaingan Liga Inggris (Barclays Premier League/BPL) yang memunculkan Chelsea sebagai juara BPL 2017. Namun kali ini, kompetisi sepak bola Indonesia kasta tertinggi, Liga 1 2017 menyuguhkan persaingan yang tidak kalah serunya, bahkan lebih ketat dari BPL sekalipun, tentunya dengan level yang berbeda hehe..



 
Sesuai dengan taglinenya #ligabarusemangatbaru, memunculkan harapan baru, persaingan baru (yang lebih berat), dan masalah baru hehe.. Dengan dukungan sponsor yang lebih kuat dari musim-musim sebelumnya, maka sudah pasti Liga 1 2017 akan lebih menggiurkan dari sisi bisnis, prestasi, dan prestise. Akan tetapi, persaingan yang sangat ketat selalu saja memunculkan masalah baru, seperti ketidakpuasan salah satu tim (biasanya tim yang kalah) terhadap wasit dan asisten di lapangan. Seperti contoh pertandingan yang terdekat, protes tim Persib saat Madura United vs Persib. Dalam pertandingan tersebut, dua gol Persib dianulir mengakibatkan Persib kalah telak 3-1 untuk Madura United. Protes memang tidak mengubah hasil, akan tetapi diharapkan dapat mengevaluasi kinerja yang salah serta mengubah sistem agar lebih baik dan fair ke depannya.

Sampai dengan hari minggu kemarin, 16 Juli 2017, perolehan poin peringkat pertama sampai delapan sangat rapat dan berdekatan, poin mereka 24 sampai dengan 27, sehingga delapan tim teratas tersebut masih berpeluang besar untuk masuk papan atas (5 besar), sementara di bawahnya, perolehan poin peringkat sembilan sampai empat belas, juga sangat dekat, yaitu 19 sampai dengan 22, sedangkan sisanya empat terbawah bersaing untuk lolos dari degradasi, poinnya juga berdekatan, yaitu 5 sampai dengan 17. Dengan demikian, tidak ada tim yang superior, kekuatannya nyaris merata. Tim yang super kaya saja bisa terseok-seok di kompetisi ini, sementara tim yang tidak terlalu diunggulkan justru ada di papan atas. Ini yang membuat Liga 1 2017 menjadi jauh lebih menarik dibanding musim-musim sebelumnya
Dari persaingan di atas, maka uang yang melimpah bukan jaminan untuk juara, ada faktor-faktor lain, seperti manajemen yang profesional, wewenang yang jelas (tidak tumpang tindih peran manajer dan pelatih misalnya), kedalaman skuat yang bagus, kekompakan tim, dukungan suporter dan stakeholder lain yang positif, CSR yang konsisten (sbg bentuk sedekah, agar mendapatkan takdir Tuhan yang terbaik). Kalau itu semua terpenuhi, istilah main dengan hati dan mental juara akan muncul dengan sendirinya.










Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com


 
    




























































































































Manajemen Puasa Ramadan yang Menyenangkan

Seringkali kita mendengar istilah manajemen yang merupakan salah satu jurusan perkuliahan di fakultas ekonomi, tapi kurang paham apa defini...