All about Innovation💡, Law⚖️, Management📝, & Soccer⚽: September 2017

IWA

Jumat, 29 September 2017

Pesepakbola Temperamen tetap Dibutuhkan Tim

Sumber: bola.liputan6.com

       Suatu timnas atau klub sepak bola di manapun biasanya menghindari untuk merekrut pesepakbola temperamen karena dianggap akan merugikan tim dan sering memperkeruh suasana. Pesepakbola temperamen cenderung mudah terprovokasi atau malah suka memprovokasi. Pemain tersebut cenderung agresif dan mudah mendapatkan kartu dari wasit. Tapi, dalam sepak bola modern, pesepakbola temperamen tapi punya potensi justru jadi rebutan klub dan dibutuhkan timnas pula. Kenapa bisa demikian?

1. Pesepakbola Temperamen Umumnya Memiliki Kengototan dan Daya Juang Lebih
Tidak bisa dipungkiri, karakter emosian pesepakbola temperamen jika bisa dikendalikan justru menjadi energi positif yang luar biasa, baik bagi individu maupun tim. Pesepakbola tersebut biasanya memiliki kengototan, agresif dalam arti positif, dan daya juang lebih, di atas pesepakbola lainnya. Ketika tim sedang berjuang di lapangan, pemain dalam keadaan frustasi, rekan setim sudah kurang bergairah, maka penyemangat muncul dari pesepakbola temperamen yang ada di tim tersebut. Tapi, jika tidak bisa dikendalikan, pesepakbola temperamen justru malah membuat tim makin frustasi. Dalam hal ini, peran tim pelatih sangat dibutuhkan untuk mengendalikan karakter temperamennya ke arah yang positif.

2. Pesepakbola Temperamen Umumnya Lebih Bertenaga, Bernyali Besar, dan Stamina Ok

Pesepakbola temperamen umumnya punya tenaga yang lebih kuat dan stamina di atas rata-rata. Postur boleh kecil, tapi cenderung kokoh dan tidak takut duel melawan pemain lawan yang posturnya jauh lebih besar. Contoh: Wayne Rooney. Posturnya cenderung pendek untuk ukuran Eropa, tapi tangguh dalam duel satu lawan satu, bertenaga, punya kecepatan dan stamina yang ok. Sempat sulit dikendalikan, tapi seiring bertambahnya usia, terlihat lebih matang dan temperamennya bisa dikendalikan. Pemain seperti ini biasanya menginspirasi dan memotivasi pemain lain untuk selalu tangguh.


3. Banyak Pesepakbola Temperamen yang Justru Menjadi Kapten Tim
Seiring bertambahnya usia, banyak pesepakbola temperamen yang justru memiliki jiwa kepemimpinan tinggi dan dipilih untuk menjadi kapten. Biasanya dengan menjadi kapten, akan ada tanggung jawab yang lebih tinggi untuk mengendalikan ego dan temperamennya,dan mengarahkannya ke arah yang positif, untuk membimbing junior-juniornya. Contoh: Roy Keane kapten MU era 90-an.

4. Pesepakbola Temperamen  Biasanya Jago Beladiri
Contoh nyata adalah sosok striker raksasa Ibrahimovic dikenal ngotot, bertenaga, temperamen, n jago beladiri (taekwondo sabuk hitam). Sementara Rooney yg berpostur lbh pendek namun gempal, juga dikenal temperamen n menguasai olahraga tinju. Kl mnrt sy memang dasarnya org tsb bernyali tinggi. Org yg temperamen pasti bernyali besar, begitupun org yg ahli beladiri jg bernyali besar. Tp memang tdk semua org yg jago beladiri pny temperamen yg tinggi. Justru smkn ahli beladiri, smkn profesional pesepakbola karakter temperamen justru hrs bs dikendalikan.
     Yang jadi pertanyaan, apakah temperamen tersebut dapat dihilangkan total? Setahu saya, yang namanya karakter itu sudah dari sononya, ada faktor genetik juga, sehingga sulit untuk diubah, yang paling memungkinkan adalah karakter tersebut berupaya untuk dikendalikan dan diarahkan ke hal-hal yang positif. Untuk itu, dalam suatu tim diperlukan juga tim psikolog, psikiater, motivator, dan penasihat spiritual (atau apapun namanya) untuk memantau kepribadian, mental, dan spiritual para pemain dan ofisial tim, mengingat mereka bekerja dengan tekanan yang sangat tinggi, sehingga rentan stres dan depresi.
      Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com



Senin, 25 September 2017

Waktu Recovery Ideal antar Pertandingan Sepak Bola Profesional


Sumber: historicperformance.net

       Dalam turnamen dan kompetisi sepak bola profesional, recovery antar pertandingan yang disepakati bersama adalah 3 hari. Tapi, untuk event tertentu yang melibatkan satu tuan rumah saja, seringkali recovery hanya 2 hari saja, seperti Piala AFF di level Asia Tenggara, itu sama sekali tidak manusiawi. Seringkali masalah recovery ini harus mengalah dengan stasiun televisi yang menyiarkannya, demi bisnis, kejar rating, dan kejar tayang. Apakah itu ideal? menurut saya tidak, idealnya recovery adalah 4 hari, itupun di luar perjalanan menuju pertandingan tandang kalau ada. Misal jika ada perjalanan menuju pertandingan tandang memakan 12 jam tinggal ditambah 1 hari lagi. Bahkan, beberapa ahli menyarankan pertandingan kompetisi idealnya cukup sekali dalam seminggu, sisanya diisi program latihan khusus, agar performa tim selalu berada di tingkat yang optimal dan kompetitif. Banyak pesepakbola yang mengeluhkan recovery yang terlalu singkat, itupun harus digabung dengan waktu perjalanan pertandingan (total hanya 3 hari saja). Akibatnya, pemain mengalami kejenuhan, kurang bugar, dan rentan cedera. Ujung-ujungmya, performa sang pemain tidak maksimal, angin-anginan, cenderung emosian, mudah lelah, dan mempengaruhi performa tim secara keseluruhan.
          Masalah recovery antar pertandingan yg tidak ideal juga terjadi di liga yg katanya terbaik dan ter-kompetitif di dunia, yaitu Liga Inggris (Premier League). Ketika liburan Natal dan akhir tahun, pemain seharusnya beristirahat, Liga Inggris justru semakin padat jadwalnya, dikenal dengan istilah Boxing Day. Hal inilah yg membuat pemain rentan stres dan cedera. Belum lagi pemain bintang harus membagi waktu juga untuk bermain di Liga Champions dan juga timnas. Khusus utk timnas, dikenal pula Virus FIFA, yaitu istilah yang sering didengungkan oleh klub2 liga yang mengeluh pemain terbaiknya terjangkit virus cedera akibat bermain habis2an demi timnas, walaupun itu hny pertandingan persahabatan. Akibatnya, pulang dari timnas, pemain lelah (blm lg perjalanan jauh lintas benua), sakit, dan cederanya. Ironinya, federasi timnas pun lepas tanggung jawab. Jgn sampai menganut peribahasa habis manis sepah dibuang. Hrs ada perubahan jadwal pertandingan spy lbh manusiawi. 
       Pesepakbola yang doyan sprint dan menggocek bola, biasanya di posisi winger dan second striker, cenderung memiliki recovery yang lebih lama dari pesepakbola di posisi lain, seperti bek tengah, gelandang bertahan, apalagi penjaga gawang (terlihat paling santai dan tidak menguras fisik, walaupun tingkat terkena benturan justru paling tinggi serta berisiko). Hal ini dikarenakan kebiasaan sprint, lalu berhenti, kemudian sprint kembali membuka ruang tentunya membuat otot kaki bekerja lebih keras dan menguras stamina. Jika tidak pintar-pintar, bisa terkena cedera. Recovery 3 hari cenderung terlalu ngepas bagi pemain "sprinter" ini. Kalau dipaksakan pun, performa pemain akan menurun dan mudah lelah. Jadi idealnya, harus 4 hari, di luar perjalanan menuju pertandingan tandang kalau ada.
       Recovery pemain yang alami adalah tidur yang cukup. Kalau sebagai tuan rumah sih ga masalah, tapi kalau mereka menjadi tim tamu di negeri orang, ini menjadi masalah. Adaptasi cuaca dan istirahat seringkali membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Recovery antar pertandingan pun menjadi lebih lambat, karena tubuh harus menyesuaikan di lingkungan baru. Hal-hal seperti ini yang harus diperhatikan oleh pemangku kebijakan, jangan sampai mengejar bisnis dan rating TV, pemain bertumbangan akibat recovery yang tidak ideal. Bagaimanapun kesehatan dan kebugaran pemain jauh lebih penting daripada rating dan bisnis.
        Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com



Selasa, 19 September 2017

Potensi Pesepakbola Indonesia tapi Selalu Sulit Mendunia


Pesepakbola Berbakat Indonesia: Egy Maulana Vikri. Sumber: bola.okezone.com

       Indonesia dikenal memiliki pesepakbola berbakat dengan ciri khas punya kecepatan di balik postur sang pemain yang rata-rata di bawah 175 cm. Seharusnya dengan ciri khas inilah pesepakbola Indonesia bisa go internasional. Namun, banyak dari mereka yang mencoba karir di luar negeri, hanya bertahan sesaat, mentok, dan ujung-ujungnya kembali berkarir di Indonesia. Contoh: Irfan Bachdim, sempat merumput di Liga Belanda, lalu turun kasta ke Liga 2 Jepang, ujung-ujungnya kembali ke Liga 1 Indonesia di usia 28 tahun. Idealnya, dalam usia emas tersebut, Irfan Bachdim bisa berkarir di J-League (kompetisi tertinggi Jepang) atau kompetisi tertinggi negara lain yang kualitasnya di atas Indonesia. Hal ini yang membedakan dengan pesaing berat Indonesia, dengan postur yang hampir mirip, raja Asia Tenggara, timnas Thailand yang banyak mengirimkan pemainnya untuk bermain di luar negeri, sehingga skill dan performanya semakin terasah, sehingga tidak heran kualitas timnasnya pun cenderung stabil dan sulit dikalahkan lawan mana pun. Contoh: Teerasil Dangda, striker timnas Thailand yang sempat mencicipi kompetisi Liga Spanyol La Liga bersama Almeria.
         Diupdate 29 Maret 2018, Indonesia patut berbangga karena salah satu aset terbaiknya di bidang sepak bola, bintang timnas U-19, striker muda Egy Maulana Vikri, direkrut dan dikontrak tanpa trial selama 3 tahun oleh tim dari kasta tertinggi Liga Polandia, yaitu Lechia Gdansk, terhitung mulai Juli nanti. Ya, tanpa trial, tidak seperti kebanyakan pemain kita kalau ingin direkrut oleh klub dengan kasta dan kualitas yg lebih baik dari Liga Indonesia, hrs melewati trial. Tentunya ini tidak lepas dari peran aktif Indra Sjafri sbg perwakilan PSSI yang pandai mengorbitkan pemain muda, sang agen (Dusan Bogdanovic), ayah angkat Egy (Subagja Suihan), dan pemerintah (diwakili Menpora), yang pandai mengambil hati klub yang timnasnya berada peringkat enam terbaik di dunia. Tidak tanggung2, pemain yang dijuluki Messi-nya Indonesia karena kesamaan karakter, gaya main, dan postur ini diberi nomor punggung keramat 10 di klub yang berjuluk Bialo-zieloni yang artinya Putih Hijau. Nomor punggung 10 asalnya milik gelandang Lechia Gdansk, Sebastian Milla, namun kontraknya habis bulan Juli dan klub berhak memindahkan nomor punggung tersebut kepada Egy. Sepertinya begitu besar harapan klub dengan pemberian nomor pungggung keramat tersebut agar Egy semakin bersinar performanya, menjadi pemain kunci di klub tersebut, bkn malah sebaliknya. Gara2 Egy pula, akun IG resmi Lechia Gdansk langsung dibanjiri followers baru sampai meningkat 500 %.
       Sebelum mengikuti latihan permanen bulan Juli di klub Polandia tersebut, performa dan konsistensi Egy mulai diuji saat memperkuat timnas Indonesia U-19 vs timnas Jepang U-19, di SUGBK, Jakarta Hasilnya di luar dugaan, timnas Indonesia U-19 seperti kalah kelas dan akhirnya kalah telak 1-4. Bkn kekalahan telak yg disoroti publik, tapi lebih kepada performa Egy Maulana Vikri yang menurun drastis. Lawan sudah tahu, ketika Egy menguasai bola langsung dijaga ketat oleh beberapa pemain lawan dan di situ Egy sulit untuk melepaskan diri dari pertahanan lawan yang dianggap salah satu yg terbaik di Asia. Ditambah lagi suplai bola ke Egy juga sangat minim. Bahkan, pelatih timnas Jepang U-19, Masanaga Kageyama, mengatakan performa Egy di pertandingan tersebut buruk, bkn spt Egy yg spt biasanya. Hal ini tentunya menjadi PR besar jika Egy ingin karirnya bertahan, bahkan melesat di Lechia Gdansk. Masalah konsistensi performa dan mental msh menjadi masalah Egy. Belum lagi tekanan berat dari publik terhadap seorang Egy, melebihi rekan2nya di timnas Indonesia U-19 dan kisah nyata banyak pemain kita (pendahulu Egy) hanya bertahan sesaat berkarir di luar negeri, bahkan hanya mencicipi trial saja, sebelum ujung2nyab balik dan berkarir ke Indonesia tanpa ada progress, itu juga menjadi beban. Harapannya sih klub Lechia Gdansk hanya sebagai batu loncatan Egy untuk memperkuat tim yg lbh besar lagi, tim terbaik dunia. Semoga..
Sumber: merdeka.com
       Nah, mengenai masalah Egy dan juga pemain timnas Indonesia lainnya, apa yang membuat mereka sulit merintis karir di luar negeri, atau seandainya berhasil pun hanya bertahan sesaat?
1. VO2 Max yang tidak memenuhi standar
      VO2 Max merupakan kapasitas maksimum tubuh seseorang untuk mengangkut dan menggunakan oksigen selama latihan intensif, dengan satuan ml/kg/menit. Sebagai contoh Cristiano Ronaldo memiliki VO2 Max 75, sementara Neymar 73. Bagaimana dengan pesepak bola Indonesia, sebagai contoh yang terbaik misalnya Evan Dimas punya VO2 Max 65. Kebanyakan di bawah itu. Hal itulah yang membuat pemain Indonesia seringkali menyerah sebelum bertanding karena minder dengan VO2 Max yang rendah, walaupun punya skill dan kecepatan bagus. Tdk bisa dibohongi kalau VO2 Max rendah, biasanya hanya sanggup main dengan performa maksimal hanya 30 menit pertama, setelah itu drop, mudah ngos2an, sering salah umpan, n berat utk berlari. Contoh: tanggal 11 Januari 2018, Indonesia Selection dikalahkan peserta Piala Dunia 2018 Islandia 0-6, babak pertama bs ngimbangin, babak kedua hancur lebur. Padahal Indonesia Selection bnyk menurunkan pemain tua berpengalaman, sdgkn Islandia bnyk menurunkan pemain muda. Tim Islandia mengajarkan bahwa sepak bola tidak melulu soal speed spt yg terlalu didewakan di negara kita. Contoh lain: tanggal 14 Januari 2018, giliran timnas Indonesia yg sesungguhnya (mayoritas pemain muda) dihajar Islandia jg dgn skor 1-4. Memang performa timnas rada lbh baik dibanding Indonesia Selecton, babak pertama pun lbh agresif, gesit, bhkn buat gol terlebih dulu, tp akr mslh msh sama, babak kedua drop, VO2 Max kalah kelas, n smkn sering kalah duel, ujung2nya kalah telak. Tp memang ga bisa jaminan, kl genetiknya sdh kalah, mau gmn lg. Hal ini yang sampai sekarang menjadi kendala pemain kita. Apakah ini sudah menjadi genetik? jadi kalau sudah dari lahirnya VO2 Max-nya segitu, ya sudah sulit ditingkatkan. Sepertinya kualitas VO2 Max pun ada kelas-kelasnya, apakah masuk level Asia Tenggara, level Asia, atau level dunia. Kalaupun itu tidak berkaitan, mungkin solusi terbaiknya adalah transfer knowledge dan pembinaan usia dini secara profesional dan didukung sarana yang memadai. Lagi-lagi biasanya masalah klasik terkendala anggaran. Hal ini menjadi tugas pihak terkait, PSSI.

2. Body Balance dan Fitness yang Rendah
       Banyak pemain kita ketika bermain di laga internasional melawan klub/timnas top dunia, baru juga megang bola, disentuh lawan sedikit langsung jatuh dan minta pelanggaran, padahal itu bukan pelanggaran. Mungkin pemain kita harus berkaca pada pemain dunia yang posturnya setipe, seperti Kun Aguero dan Messi, postur mereka kecil, tapi kokoh dan tidak mudah jatuh. Untuk memiliki postur tersebut, memang latihan fitness pemain kita yang harus diperbaiki, agar mencapai standar internasional. Di kita memang terlalu mendewakan kecepatan, seperti yang diutarakan banyak pelatih Indonesia, tapi melupakan aspek-aspek lain yang tidak kalah pentingnya.

3. Genetik
       Sehebat-hebatnya pesepakbola Indonesia, kalau genetiknya sudah mentok dan hanya bersaing di Asia Tenggara, ya sulit untuk berkembang. Solusinya adalah menciptakan genetik terbaik dari pesepakbola top dunia maupun mantan pesepak bola top dunia yang menikah dengan wanita Indonesia. Dengan demikian, ada genetik terbaik yang muncul dan itu harus diasah secara profesional sejak usia dini. Kan senang kalau ada pemain timnas yang posturnya ala Eropa (190 cm) di bek tengah dan striker murni dengan skill mumpuni dan punya speed juga. Kalau ga gitu, ya genetiknya mentok lagi, sulit mencari pemain yang berpostur tinggi, dan hanya bersaing di Asia Tenggara doang.

4. Channel
       Selama ini channel/koneksi pemain kita terhadap klub-klub top dunia masih sangat terbatas. Sangat jarang pemandu bakat di sana datang ke Indonesia untuk mencari bibit unggul dari Indonesia. Hal ini perlu dukungan PSSI dan pemerintah untuk membantu memajukan bibit-bibit unggul dari Indonesia dengan cara mengadakan kerja sama dengan klub-klub top dunia. Setahu saya, baru Erik Tohir yang aktif mengurusi hal-hal yang demikian, itupun masih belum maksimal, karena pemain yang ada hanya ditrial doang di klub Italia, bukan dikontrak jangka panjang, ujung-ujungnya kembali ke Indonesia.

5. Adaptasi
       Banyak pemain kita yang mengalami kesulitan adaptasi bermain di luar negeri, mulai dari perbedaan cuaca, makanan, bahasa, budaya, lingkungan, dan sebagainya. Terlalu sulit beradaptasi mengakibatkan homesick dan rindu pulang kampung. Hal ini jika dibiarkan tentunya mengakibatkan turunnya performa sang pemain. Solusi yang cukup jitu adalah pemain tersebut harus didampingi oleh psikolog dan terutama orang Indonesia yang sudah lama menetap di sana

6. Sertifikasi Pelatih Berstandar Internasional
      Pelatih lokal yang sudah berlisensi standar internasional masih terbatas jumlahnya. Hal yang miris, terkadang pelatih dengan lisensi yang tidak memenuhi syarat dan biasanya tidak up to date, cenderung dipaksakan melagtih dengan gaya melatih yang jadul dan tidak sesuai zaman. Akibatnya, hasilnya pun tidak maksimal. Perlu ditingkatkan lagi kualifikasi pelatih lokal agar memenuhi standar internasional (bahkan kalau perlu menguasai bahasa asing). Di samping itu perlu digalakkan transfer knowledge dari negara yang sudah mapan sepak bolanya tapi punya karakter mirip2 dengan Indonesia, misal Spanyol, Jepang, dan Thailand. Ga usah malu/gengsi berguru kepada mereka. Suatu saat Indonesia bisa seperti mereka.

7. Ekspektasi Berlebihan Publik Menjadi Beban
        Ya, ekspektasi berlebihan dari publik, termasuk suporter dan media, menjadikan pemain terbebani dan seperti hanya memiliki dua pilihan hasil: pertama dielu-elukan sebagai pahlawan karena berhasil banget dan mengharumkan nama negara atau dicaci sebagai pecundang karena hanya bertahan sesaat, bikin gagal paham, dan kembali ke Indonesia tanpa ada progress. Tentunya, untuk m yg mengatasi hal tsb, diperlukan bantuan orang2 terdekat, psikolog, motivator, penasihat spiritual, sharing dengan pemain senior yg pernah menimba ilmu di luar negeri, dan sejenisnya, utk mengatasi hal2 tsb yg tentunya tdk boleh dianggap remeh.


Diupdate 15 Agustus 2018
8. Diekspose dan Diforsir secara Berlebihan
       The rising star yg diekspose secara berlebihan, terutama oleh media, bisa mempengaruhi performa sang pemain yg sdg taraf berkembang. Bisa saja performa sang pemain tdk mengalami progress, akibat konsentrasi terpecah krn selalu disorot media, mendapat tawaran menjadi bintang iklan, dan tampil di televisi. Bnyk pemain kita yg layu sblm berkembang krn lbh tertarik ke dunia entertainment. Di samping itu, sang pemain seringkali diforsir melebihi batas kemampuannya. Ingat dulu, timnas U-19 era Evan Dimas cs yg sedang dlm progres naik hrs menjalani uji coba tur nusantara antar pulau (yg terlalu berlebihan) demi menghormati undangan tuan rumah. Akibat terlalu diforsir, performa tim mengalami penurunan drastis di turnamen resmi di Piala Asia.

9. Ahli Sport Science+IT Berikut Sarana Pendukungnya yang Masih Tertinggal 
       Dibutuhkan anggaran yang besar untuk membangun sport science+IT beserta sarana pendukungnya serta merekrut ahli di bidangnya agar setara dengan negara yang sudah maju sepak bolanya. Indonesia belum siap untuk itu, padahal secara bisnis, sepak bola sudah dapat dikatakan menjadi industri yang menjanjikan. Banyak sektor ekonomi yang terlibat di situ. indonesia pun harus sering melakukan transfer knowledge dari negara yang sudah maju dan berprestasi sepak bolanya. Ga usah jauh-jauh, lapangan sepak bola untuk pertandingan resmi maupun latihan yang memenuhi standar internasional (termasuk sistem drainasenya) bisa dihitung dengan jari. Gimana performa pemain dan tim bisa maksimal jika lapangan saja sudah bermasalah
      Saat ini, timnas Indonesia punya segudang pemain muda berbakat yang berpotensi mendunia seperti Febri Hariyadi, Egy Maulana Vikri, dan yang terbaru Sutan Diego Zico. Tiga pemain ini harus diasah secara profesional dan standar internasional. Saatnya mereka menempa diri di luar negeri, di negara yang sepak bolanya jauh lebih baik dari Indonesia, jangan di Indonesia lagi, dikhawatirkan karirnya mentok dan terkontaminasi dengan aura sepak bola Indonesia. Sy yakin Febri kalau adu sprint dengan pemain top seperti Neymar, pasti bisa mengimbangi atau Egy Maulana Vikri bisa meliuk-liuk seperti Messi (cuma tadi itu, VO2 max jadi kendala, paling hanya sanggup 30 menit sampai 1 babak saja, dan jg faktor mental). Inginnya sih, Indonesia itu seperti Wales, timnasnya sempat ga dikenal dunia, peringkat FIFA-nya sempat setara dengan Indonesia, tapi banyak pemain berbakat yang go international dan mengangkat prestasi timnas, seperti generasi Ryan Giggs, Bellamy cs dan yang terbaru Gareth Bale, Ramsey, Joe Allen cs.
     Atau kalau mau lebih ekstrem seperti saran imajinasi saya tadi, sudah saja buat bibit unggul yang diciptakan sendiri dan proyeknya dibiayai pemerintah, dengan peserta wanita WNI yang siap menikah, nantinya dinikahkan dengan pria WNA yang merupakan pesepakbola top dunia atau minimal pemain legenda, diharapkan muncul generasi dan genetik pesepakbola dunia di Indonesia, mulai dari skill, postur, dan sebagainya. Jangan sampai, yang ada generasi micin hehe..

Seandainya ada Neymar dari Indonesia hasil kawin silang... Sumber: bravaradio.com
      Lalu, bagaimana dengan masalah kebebasan? Kan, itu nantinya dianggap mengekang HAM? Tidak juga, toh mereka yang jadi peserta proyek "besar" ini akan terjamin biaya hidupnya, termasuk biaya hidup anak2nya. Mereka tinggal ikuti aturan pemerintah. Tapi, lagi-lagi Itu hanya harapan dan imajinasi saya untuk kemajuan olahraga, khususnya sepakbola di negeri ini, agar prestasinya jangan mentok lagi di Asia Tenggara, harus naik kelas menjadi macan Asia, kalau perlu macan dunia. Semoga saja harapan dan imajinasi tersebut bisa terealisasi...
       Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com





Rabu, 13 September 2017

Salah Kaprah mengenai Kreativitas dan Inovasi


Sumber: materibelajar.id
     Orang yang kreatif belum tentu inovatif, tapi orang yang inovatif sudah pasti kreatif. Seringkali orang salah kaprah dan tertukar antara definisi kreatif dan inovasi. Orangnya disebut kreator dan inovator. Keduanya memiliki kesamaan, yaitu berkaitan dengan aktivitas otak kanan, berkaitan dengan hal-hal yang baru dan positif. Seorang yang kreator dan inovator dituntut memiliki imajinasi yang tinggi. Seorang kreator dan inovator selalu menemukan solusi di tiap masalah, bukan memunculkan masalah baru. Lalu, apa perbedaannya? 
       Serupa tapi tak sama, ya, pemahaman orang awam tentang istilah kreatif dan inovasi seringkali tertukar. Padahal, keduanya merupakan istilah yang berbeda. Kreatif, berasal dari kata dasar kreasi, merupakan ide-ide yang benar-benar baru, fresh, orisinil, dan bukan tiruan, sedangkan hasil dari ide-ide tersebut disebut kreativitas. Penulisan kreativitas pun sering salah kaprah. Banyak juga yang menulis kreatifitas, padahal yang benar adalah kreativitas. Contoh perbuatan kreatif: menulis ide membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang, maka kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta dan membuat ide baru.
     Sedangkan inovatif, dengan kata dasar inovasi, merupakan aktualisasi dan pelaksanaan nyata dari ide-ide baru. Inovatif diperoleh jika tindakan kreatif memiliki nilai yang berharga disertai praktiknya. Contoh tindakan inovatif adalah membuat produk nyata kerajinan tangan dari bahan daur ulang yang sudah dikomersilkan. Inovatif bisa dikatakan tindak lanjut dari kreatif. Seseorang yang inovatif bisa menjadi agen perubahan di lingkungannya yang mungkin saja pada awal kemunculannya sering tidak dianggap, bahkan dicemooh, walau akhirnya mendapat banyak pujian, bahkan dengan promosi gratis mouth to mouth, karyanya semakin diakui di tempat lain.
       Seseorang yang kreatif dan inovatif seringkali bukan tipe pemikir dan textbook, melainkan mengambil keputusan dengan intuisi dan imajinasinya, serta cenderung visioner, memikirkan dampak beberapa tahun ke depan. Seorang kreator dan inovator lebih jago dalam hal memprediksi sesuatu dan lebih cerdas dalam mengambil peluang. Kreatif dan inovatif selalu berkaitan dengan ide baru yang positif, sedangkan jika berkaitan dengan ide baru tapi negatif, itu jatuhnya jadi licik dan licin hehe.. Kreatif selalu berpasangan dengan inovatif, yaitu lebih ke tindakan perorangan, sedangkan kreativitas selalu dipasangkan dengan inovasi, yaitu kumpulan dari ide-ide tersebut, sehingga ruang lingkupnya lebih luas. Kreativitas dan inovasi biasanya dikaitkan dengan perusahaan. Jika kreativitas dalam suatu perusahaan masih terbatas pada kumpulan ide-ide yang diperoleh dari karyawan yang terlibat, maka inovasi adalah implementasi ide-ide tersebut (kesepakatan bersama) yang ujung-ujungnya untuk dikomersialkan (produksi massal).
       Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com



Jumat, 08 September 2017

UU Perlindungan Konsumen seringkali Kurang Melindungi Konsumen

    
Sumber: pengacaramuslim.com

      Undang-Undang Perlindungan Konsumen Indonesia no 8 tahun 1999 mengatur hak dan kewajiban pihak penjual dan pembeli secara seimbang. Di samping itu, UU ini juga mengatur bagaimana solusinya jika terjadi konflik dan sengketa antara pihak penjual dan pembeli, diawali dengan jalur non pengadilan seperti musyawarah, mediasi, sampai yang terberat menyelesaikan di jalur pengadilan, jika tidak mencapai titik temu.
     Namun, dalam kenyataaannya, UU ini justru tidak melindungi konsumen dan menempatkan konsumen sebagai pihak yang lemah. Sebagai contoh: seringkali konsumen merasa tertipu bahwa produk yang dibeli tidak sesuai dengan yang diiklankan. Hal ini diperparah iklan produk sering dilebih2kan, jatuhnya jadi lebay. Misal iklan minuman berenergi, maka bagi yang minum produk tersebut bisa menjadi lebih kuat berkali lipat, bahkan lebih kuat dari binaragawan sekalipun karena semua benda diangkat dengan baik atau jadi punya stamina yang lebih kuat dari atlet. Contoh lain: Iklan kopi, seringkali membujuk calon konsumen untuk meminumnya sebanyak mungkin supaya bisa melek, tidak ngantuk, dan beraktivitas normal. Padahal, jika dipaksakan, itu berbahaya  bagi tubuh. Tubuh jika sudah lelah perlu istirahat. Jika tidak dipenuhi haknya, maka tubuh akan menuntut haknya dengan caranya sendiri, akhirnya sakit-sakitan. Menghadapi serangan iklan seperti itu, seringkali konsumen dibodohi dan termakan rayuan iklan, seolah-olah menjadi pembenaran. Tapi, bagi konsumen yang cerdas dan kritis, itu merupakan bentuk penzaliman, informasi yang menyesatkan. Masalahnya, konsumen tersebut seringkali tidak punya waktu untuk komplain dan bersikap kritis. Padahal banyak jalurnya, seperti melalui YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), BPSK (Badan Penelesaian Sengketa Konsumen), dsb. Bahkan, jika masih malas pun, cukup dengan posting komplain di medsos pun bisa. Konsumen yang demikian merasa minoritas, sehingga malas mengurus hal-hal yang demikian.
      Contoh berikutnya yang paling mudah adalah masalah kadaluarsa produk. Biasanya produk yang sangat dekat kadaluarsanya dijual dengan diskon yang besar. Itu masih wajar, yang parah, tanggal kadaluarsa tidak dicantumkan atau dicantumkan tapi tidak jelas, tapi harganya dijual seperti produk baru saja. Ini jelas bentuk penzaliman terhadap konsumen. Konsumen yang kritis tentunya akan menghindari produk-produk tersebut, karena dikhawatirkan membahayakan kesehatan.
     Contoh lain lagi masih adanya oknum pedagang makanan yang menggunakan bahan berbahaya, pengawet berbahaya, kadaluarsa, nasi basi, bahkan mengurangi timbangan (seperti bikin nasgor 5, telurnya 3). Dalam hal ini, posisi konsumen sangat lemah, karena mereka tidak menyadari ketidakjujuran oknum pedagang tersebut, tahunya makan dan minum saja. Menghadapi hal tersebut, perlunya pihak berwenang sering mengadakan sidak dan uji produk terhadap semua pedagang, setidaknya akan ada efek jera. Tapi, kalau masih membandel, biar urusannya dengan Tuhan hehe.., toh sunnatullah berlaku, kalau benar, akan berkah, kalau ga jujur, akan kena karma.
       Contoh yang sering dialami banyak orang adalah masalah perparkiran. Seringkali ada aturan sepihak perusahaan tempat parkir yg sering tertera di karcis parkir yg berbunyi: pengelola parkir tidak bertanggung jawab (sedikit pun) atas segala kehilangan kendaraan berikut isinya yang di parkir di wilayahnya, walaupun si pemiliki kendaraan sudah melengkapi kendaraannya dengan sistem keamanan yang canggih. Dalam hal ini, sudah banyak kasus si konsumen (pemilik kendaraan) berada dalam posisi yang lemah. Lalu apa gunanya bayar parkir yang berbunga tiap jamnya? Kadang terpikir, bagaimana kalau aturannya dibalik, pengguna tempat parkir tidak bertanggung jawab jika merusak fasilitas yang ada di perparkiran tersebut! Nah lho...Kl ingin si pengguna parkir merasa ikut memiliki dan menjaga keamanan perparkiran (setidaknya melaporkan kalau ada yang mencurigakan di tempat parkir, buatlah aturan yang menyenangkan semua pihak).
      Seandainya semua konsumen berpikir kritis dan cerdas sebelum membeli produk dan menggunakan jasa pihak lain, maka si penjual pun akan mikir beribu-ribu kali untuk berbuat tidak baik, karena tipe konsumen seperti ini akan mencecar terus-menerus, menggunakan segala cara, sampai si penjual terpojok. Apalagi, jika konsumen tersebut memang punya power, bisa-bisa akan berlanjut di pengadilan dan diekspos oleh media. Ujung-ujungnya si penjual bisa bangkrut akibat produk atau jasa jualannya tidak laku akibat pemberitaan negatif tersebut. Sanksi sosial pun sebetulnya sudah cukup membuat penjual nakal jera, karena ujung-ujungnya mengakibatkan omset jualannya menurun.
       Silakan mampir juga ke blog saya yg kedua (ttg kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (ttg masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com


Sumber: konsumencerdaspahamperlindungankonsumenindonesia.abatasa.co.id

Rabu, 06 September 2017

Kelinci dan Terwelu Ibarat Lintah dan Pacet

Kelinci (Rabbit)


Terwelu (Hare)

Banyak orang yang mengira kelinci adalah kata lain dari terwelu maupun sebaliknya. Ternyata itu keliru, kelinci dan terwelu memang dari keluarga yang sama, yaitu Leporidae, tapi keduanya memiliki fisik dan karakter yang berbeda. Bisa dikatakan serupa tapi tak sama, ibarat lintah dan pacet, sama-sama cacing pengisap darah, tapi fisik dan karakternya berbeda.

Kelinci 
1. Memiliki tubuh yang lebih gempal dan kaki yang lebih pendek. Kelinci terlihat berbadan gemuk, padahal itu adalah yang wajar, terutama untuk kelinci betina. Hal itulah yang membuat kecepatan lari kelinci tidak sekencang terwelu.
2. Memiliki kaki yang pendek, terlihat bantet, kalau diibaratkan seperti mobil hotrod hehe..

  
3. Telinga kelinci lebih pendek dari telinga terwelu
4. Habitat kelinci di daerah rerumputan
5. Relatif mudah dipelihara (kelinci hias) maupun dijadikan ternak (kelinci potong untuk diambil kulit dan dagingnya)
6. Sensitif terhadap cuaca dan mudah terserang penyakit. Seringkali kelinci mati mendadak akibat salah makan dan cuaca yang buruk
7. Lebih bernilai bisnis, baik untuk dipelihara, diambil bulu, daging, maupun kulitnya.


Terwelu
1. Memiliki tubuh yang langsing dan kaki yang ramping pula, sehingga terlihat lebih proporsional dan lincah
2. Memiliki kaki yang lebih panjang dari kaki kelinci, sehingga jangkauan untuk berlari lebih baik
3. Telinga terwelu lebih panjang dan ramping
4. Habitat terwelu di hutan dan alam luas
5. Cenderung liar, bahkan ada yang menyebutnya kelinci liar, sehingga tidak cocok untuk dipelihara
6. Jika untuk dikonsumsi, daging terwelu tidak seenak daging kelinci 
7. Cenderung lebih tahan penyakit dan cuaca
8. Tidak terlalu bernilai bisnis
9. Warna bulu kelabu, coklat, dan hitam.

Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com




Senin, 04 September 2017

Kelinci Peliharaanku Mati Mendadak

Pertengahan tahun 2014, teman adikku memberikan hadiah sepasang kelinci Angora (ada yang menyebutnya Anggora, itu benar juga, tapi jangan menyebut Anggoro, itu nama orang hehe..). Pemberian hadiah kelinci mungkin sebagai tanda balas jasa atas kebaikan adikku. Singkat cerita, sepasang kelinci Angora berumur 3 bulanan yang dibeli dari Lembang seharga ratusan ribu rupiah per ekornya, tiba di rumahku, beserta kandangnya. Kelinci tersebut diberi nama Bubu (yang betina berwarna coklat) dan Caca (yang jantan berwarna abu-abu). Nama tersebut terinspirasi film kartun jadul Bubu dan Chacha. Bubu itu anak laki-laki berumur 3 tahun, sedangkan Chacha itu anjing peliharaan yang bereinkarnasi jadi mobil mainan.Uniknya, nama Bubu dan Chacha sering menjadi nama manusia juga, Bubu biasanya nama laki-laki, sedangkan Chacha lebih fleksibel, bisa nama laki-laki khas Sunda (contoh penyanyi dangdut Caca Handika), bisa juga nama perempuan (contoh artis Chacha Frederica).
Kelinci Bubu pada awalnya disangka berjenis kelamin jantan, nyatanya berjenis kelamin betina, sedangkan kelinci Caca pada awalnya disangka berjenis kelamin betina (karena langsing), nyatanya berjenis kelamin jantan. Sempat terkecoh dengan fisiknya yang besar disangka jantan, justru kelinci betina memang lebih besar dan berisi daripada kelinci jantan yang cenderung langsing. Wajah kelinci betina cenderung lonjong besar, sedangkan wajah kelinci jantan cenderung bulat kecil.

Bubu (coklat, betina) dan Caca (abu-abu, jantan)



























Pada saat awal-awal dipelihara di rumah, kedua kelinci berumur sekitar 3 bulan. Menurut penjualnya, kedua kelinci tersebut harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Untuk itu, kedua kelinci kecil tersebut harus lebih sering dikandangkan, boleh keluar dari kandang dibatasi 1-2 jam saja, itupun di sekitar taman saja, dan harus diawasi, khawatir ancaman predator seperti tikus, kucing, dan maling hehe..Makanan pun harus diperhatikan, kapan harus memberi sayuran hijau, rerumputan, pelet kering, dan sebagainya. Cara memandikan cukup dibedaki saja, walaupun boleh sesekali dimandikan, tapi hati-hati, kelinci sangat sensitif terhadap air. Jangan sampai, niat memandikan, malah berontak dan mencederai tulang kaki kelinci. Lebih aman sih dibedakin saja.

Setelah kedua kelinci berusia hampir 1 tahun, ada yang berbeda pada gigi kelinci Caca. Jika gigi kelinci Bubu tampak normal (bagian atas dan bawahnya tampak rapi dan pendek), maka gigi Caca tampak abnormal dan terlihat tumbuh panjang tidak beraturan. Melihat ada yang tidak beres, Caca dibawa ke dokter hewan. Sampai di sana, gigi Caca dipotong (sebelumnya dibius dulu) dan berhasil. Menurut dokternya, kemungkinan ini penyakit genetik dan bisa juga akibat salah makan, mengakibatkan penyakit yang disebut malocclusion.

                                                                      Malocclusion



                          Gigi Caca mulai bermasalah, ketika sudah dipotong tumbuh abnormal lagi

Anehnya, setelah beberapa minggu, gigi Caca kembali memanjang (berbeda dengan gigi Bubu yang normal-normal saja), akibatnya Caca kesulitan untuk mengunyah makanan, bahkan nafsu makannya menurun drastis, seketika itu juga badannya kurus kering dan tiba-tiba keesokan paginya mati mendadak😓. Caca mati pada bulan Desember 2014, saat usianya menjelang 1 tahun. Bisa dikatakan pendek umur, karena seharusnya kelinci bisa bertahan hidup sampai 4 tahun. Caca lalu dikubur di taman belakang rumah.

Sementara kelinci Bubu bisa hidup sampai berusia 3 tahun, sehat dan gemuk. Makannya pun lahap dan cenderung rakus, apapun dimakan, mulai dari makanan kelinci pada umumnya (rumput, sayur hijau, dan pelet kering) sampai snack seperti wafer pun doyan hehe..


                                                            
                                                  Si Bubu terlihat lebih fotogenik😄

Semua terlihat baik-baik saja, sampai pada bulan Juli 2017, pada malam harinya, ada yang aneh dengan kedua kaki Bubu, sama sekali tidak bisa digerakkan, lumpuh, dan jalannya pun berat, seperti diseret, ketika memaksakan diri, Bubu malah sempoyongan, sempat jatuh beberapa kali, walaupun masih bisa berjalan. Di situ sudah mulai curiga, tapi karena masih bisa jalan, mungkin masih wajar lah. Tapi, keesokan harinya, Bubu terlihat bengong di satu tempat, seperti tidak semangat, mata berair, dan tidak mau makan. Baru saja mau mengecek badannya, tiba-tiba badannya mengejang, kaku, dan mati seketika😲. Proses mengejang (mungkin lagi sakaratul maut) sempat dilihat oleh dua kucing yang kebetulan sedang bermain di situ. Mereka terlihat bengong, mungkin melihat malaikat maut... Setelah itu, Bubu dikubur di taman belakang rumah.

Sumber: kelinci-wongkito.blogspot.com


                        Liat tali rafia yang dibungkus kresek kemudian diikat..jadi inget kelinci😬😬


Ada hikmah yang dipetik dari kematian mendadak kedua kelinci, bahwa setiap kelinci berbeda tingkat kesehatannya (biasanya tergantung genetik), cara merawatnya harus lebih telaten, karena kelinci lebih sensitif dari kucing. Jarang ada kelinci yang berumur panjang (4 tahun ke atas). Kelinci punya perasaan yang tajam seperti halnya kucing. Tapi, cara mengekspresikannya yang berbeda (tanpa suara, tapi lebih ke tingkah laku). Merawat hewan peliharaan apapun itu membutuhkan cara dan perhatian yang berbeda. Dan tidaklah sia-sia dan buang-buang duit, tenaga, dan waktu, jika harus merawat hewan peliharaan, karena perbuatan tersebut termasuk bagian dari sedekah, yaitu sedekah terhadap hewan. Tentunya harus seimbang sedekah terhadap hewan, alam, dan terutama terhadap sesama manusia. Mereka mungkin tidak bisa membalas, tapi Allah-lah yang membalas. Tapi, ada pernyataan yang menggelitik, jangan sampai sedekah kepada hewan jumlahnya melebihi sedekah terhadap sesama manusia (ada benarnya juga ya..). Kita bisa beli makanan hewan impor yang harganya puluhan ribu rupiah tiap minggu, tapi sedekah terhadap manusia hanya ribuan rupiah setiap minggunya, itupun hanya saat Jum'atan saja hehe..

Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan & kemanusiaan, full text english) dan ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com




Timnas Indonesia U-23 Menorehkan Sejarah Baru di Piala Asia U-23 2024

Tim nasional (timnas) sepak bola putra Indonesia level kelompok umur under 23 years old (U-23) berhasil menciptakan sejarah baru di Piala As...