All about Innovation💡, Law⚖️, Management📝, & Soccer⚽: Manajemen Mitigasi Gempa Bumi di Kota Cimahi dan Bandung

IWA

Jumat, 14 Januari 2022

Manajemen Mitigasi Gempa Bumi di Kota Cimahi dan Bandung

Pada hari Jumat, tanggal 14 Januari 2022, kita dikejutkan dengan gempa bumi berkekuatan M (Magnitudo) 6,6 yang mengguncang Provinsi Banten. Gempa bumi tersebut terasa sampai Kota Bogor, Depok, bahkan sampai Lampung. Gempa bumi tersebut terjadi pukul 16.05 selama 30-60 detik (berbeda-beda setiap daerah). Akibatnya, banyak bangunan dan rumah rusak berat, serta ada korban luka-luka juga, terutama di pusat gempa. 
 
Melihat kejadian tersebut, tentunya masyarakat harus menyadari bahwa sebagian besar wilayah Indonesia rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Sosialisasi tentang manajemen mitigasi bencana/upaya mengurangi risiko bencana harus semakin digalakkan, karena saya prihatin membaca berita bahwa ada orang yang waspada saat terjadi gempa bumi, lalu paham dan mempraktikkan manajemen mitigasi gempa bumi justru malah dihujat dan dikatain lebay😑.
 
Lalu bagaimana dengan Kota Cimahi dan Bandung? Seperti kita ketahui bahwa di kedua kota tersebut terdapat potensi gempa bumi akibat Patahan Lembang yang masih aktif, hanya sedang "tertidur" saja, seperti menyimpan kekuatan, dan sewaktu-waktu bisa "bangun" dengan mengeluarkan kekuatan (gempa bumi yang dahsyat). Tentunya, warga daerah Lembang, Kota Cimahi, dan Bandung wajib waspada mengingat panjangnya Patahan Lembang dan efek merusak gempa bumi Lembang. Ini yang terkadang kurang disadari, mengingat banyak warga Kota Cimahi dan Bandung memperkirakan bahwa jika gempa bumi Lembang terjadi, hanya membahayakan warga yang tinggal di Lembang saja, jelas itu keliru.

Berdasarkan hasil penelitian Mudrik R. Daryono, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mudrik R Daryono, siklus gempa bumi Sesar Lembang bisa berulang terjadi setiap 170-670 tahun. Sementara, dalam kurun waktu 560 tahun terakhir, belum pernah terjadi gempa bumi lagi di jalur Sesar Lembang😱 (sumber: Koran Pikiran Rakyat 15 Maret 2019).

Tentunya, warga sekitar tidak boleh panik, namun tetap waspada dan selalu memantau informasi tentang kegempaan di daerahnya, dimulai dari yang paling dasar, mengetahui pemetaan wilayah rawan gempa di daerahnya.

A. Zona merah Kota Cimahi
Pemerintah dan warga Kota Cimahi sudah selayaknya mewaspadai pergerakan Sesar Lembang yang saat ini mulai aktif, sewaktu-waktu akan bangkit, dan mengakibatkan gempa bumi besar. Memang pusatnya ada di Lembang, tapi menurut Analis Mitigasi Bencana Seksi Kebencanaan dan Kesiapsiagaaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Rohmat, semua wilayah Kota Cimahi termasuk zona merah bencana Sesar Lembang😱. Wilayah tersebut meliputi:
1. Wilayah utara Cimahi -> Citeureup, Cipageran, dan Cihanjuang hanya berjarak 3 km dengan garis Sesar Lembang.
2. Jarak gedung perkantoran Pemerintah Kota Cimahi dengan garis Sesar Lembang hanya berjarak sekitar 6 km
3. Wilayah selatan Cimahi dan bisa disebut ujung terjauh Kota Cimahi, yaitu daerah Melong Asih hanya berjarak 12 km dengan garis Sesar Lembang

Yang perlu diperhatikan adalah karakter pergerakan Sesar Lembang dikhawatirkan mengakibatkan kerusakan besar dan korban jiwa di Kota Cimahi. Hal ini diakibatkan pergerakan di garis sesar dekat Kota Cimahi bisa 2 kali lebih kuat dibandingkan yang di urat sesarnya. Jadi, sifatnya bukan likuefaksi (pencairan tanah), karena Cimahi ini karakter tanahnya bekas endapan danau Bandung purba. (Sumber: Koran Pikiran Rakyat tanggal 16 Oktober 2019).


B. Zona merah Kota Bandung
Kota Bandung, khususnya Bandung bagian utara dan barat (Kabupaten Bandung Barat) juga tidak luput dari zona merah Sesar Lembang yang membentang panjang 29 km, meliputi Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, dan Padalarang (sumber: jabar.tribunnews.com). Walaupun demikian, pada dasarnya, seluruh warga di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya wajib mewaspadai dampak merusak gempa bumi besar (disinyalir sekitar 6,5-7 SR) akibat Sesar Lembang yang dikhawatirkan dapat menjangkau Kota Bandung dan sekitarnya😱.

C. Manajemen mitigasi gempa bumi di Kota Cimahi dan Bandung 
Intinya tidak boleh panik, tapi harus selalu waspada, berdoa, tahu ilmunya, dan selalu memantau informasi dari sumber yang terpercaya, baik dari media cetak, televisi, media sosial, maupun langsung dari pihak berwenang seperti BPBD setempat. 
 
Manajemen mitigasi gempa bumi dibagi menjadi tiga: sebelum, sesaat, dan setelah gempa bumi. Hal ini bisa diberlakukan di semua daerah rawan gempa.

1. Sebelum gempa bumi
- Pendidikan mitigasi gempa bumi, terutama di sekolah formal
Sejauh ini, baik di Kota Cimahi maupun Bandung, pendidikan tersebut belum masuk kurikulum pendidikan, sehingga sifatnya hanya sukarela saja, seperti yang diadakan BPBD, itupun lebih menyasar kepada warga yang paling dekat dengan potensi gempa bumi. Atau bisa juga kitanya yang berinisiatif mengajukan permohonan resmi (proposal) ke BPBD setempat
- Sosialisasi mitigasi gempa bumi di kantor dan gedung bertingkat
Sejauh ini, baik di Kota Cimahi maupun Bandung, sudah diterapkan dengan menempel poster manajemen mitigasi bencana gempa bumi di kantor dan gedung yang dianggap vital, terutama rumah sakit. Tapi, untuk simulasinya memang dirasa masih kurang, terbatas internal saja
- Rumah tahan gempa
Sejauh ini, pemerintah setempat belum mewajibkan setiap rumah yang dibangun harus anti gempa, sehingga harus ada inisiatif warganya untuk mencari informasi seputar rumah anti gempa. Rumah anti gempa sudah mulai dibangun di Lembang, itupun inisiatif warga. Bentuknya adalah rumah kayu. Tiang utama rumah yang menyokong atap dengan sistem purus (poros) dan catokan (penjepit), yang membuat rumah seperti pendulum dan bersifat elasti saat menerima goncangan seperti gempa. Kayu yang digunakan harus berkualitas dan anti rayap seperti kayu sengon. Lama pengerjaannya sekitar 6 bulan. Untuk harga rumahnya, saya belum dapat harga pastinya, namun diperkirakan sekitar Rp. 50 juta ke atas. Namun, harus diperhatikan, ada perawatan berkala, setidaknya tiap 10 tahun.

Rumah Tahan Gempa di Lembang. Foto: Yudha Maulana

- Mengetahui jalur evakuasi di gedung bertingkat, biasanya ditempel di dinding gedung setempat dalam bentuk poster
- Pemasangan titik dan jalur evakuasi, jujur, saya belum melihatnya di tempat umum yang strategis
- Penyediaan kotak P3K dan alat pemadam kebakaran, sudah menjadi SOP di setiap tempat yang vital. Seharusnya ada pelatihan juga untuk penggunaan P3K
- Memahami letak pintu, lift, dan tangga darurat tempat bekerja anda
- Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan
- Selalu mematikan air, gas, dan listrik saat tidak sedang digunakan
- Atur agar benda yang berat berada di bawah
- Perhatikan benda yang mudah terbakar disimpan di tempat yang aman 
- Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan seperti pakaian lengkap untuk 3 hari, masker, hand sanitizer, peluit (untuk meminta tolong saat darurat), dokumen pribadi, uang untuk 3 hari, senter, radio portabel, handphone berikut charger, makanan minuman untuk 3 hari, dan kotak P3K
- Mengetahui nomor telepon penting terkait dengan potensi gempa bumi di Kota Cimahi dan Bandung:
a. BPBD Kota Cimahi: (022) 20661899
b. BPBD Kabupaten Bandung: (022) 85872591
c. BPBD Provinsi Jawa Barat: (022) 7313267
d. Palang Merah Indonesia Siaga P3K dan Pelayanan Bencana: (022) 4213858
Uniknya, Kota Bandung sendiri belum memiliki BPBD dengan alasan tidak terlalu mendesak. Padahal, Kota Bandung juga rawan bencana, terutama banjir dan gempa bumi. Jadi, sementara ya ikut ke BPBD Kabupaten Bandung dan Provinsi Jawa Barat
e. Ambulans: 118
f. Call Center PLN: 123
g. Kepolisian: 110
h. Nomor Tunggal Kedaruratan di Indonesia: 112
i. Pemadam Kebakaran: 113
j. Posko Bencana Alam: 129
k. SAR (Search And Rescue): 115

(Sumber: https://hai.grid.id, BMKG, & Koran Pikiran Rakyat tanggal 23 Oktober 2019)

Klik Gambar agar Lebih Jelas Tulisannya. Sumber: BMKG


2. Saat gempa bumi
- Jangan panik dan tetap berdoa. Itu setidaknya bisa membantu kita untuk berpikir jernih, menenangkan diri, dan oranglain. Panik berlebihan hanya memperkeruh keadaan dan bisa saja membuat oranglain lebih panik dari kita
- Saat di gedung bertingkat, jangan gunakan lift dan tangga berjalan
- Jangan meninggalkan gedung saat gempa terjadi, segera cari perlindungan, misal berlindung di bawah meja. Jika tidak ada perlindungan, segera jongkok dan lindungi kepala anda. Jika dirasa aman, segera keluar gedung ke area terbuka dan titik kumpul
- Berlari maupun berjalan di gedung bertingkat saat terjadinya gempa bisa meningkatkan risiko luka dan cedera
- Hindari benda-benda yang mudah jatuh dan pecah
- Jika anda berada di tangga, duduklah sebentar dan berpegangan (sumber: https://www. cnn.indonesia.com)
- Jika mengendarai kendaraan, segera menyalakan lampu hazard, kurangi kecepatan dengan melakukan pengereman secara bertahap (jangan mendadak agar tidak membahayakan pengguna jalan di belakangnya), waspada pohon/tiang listrik tumbang, dan ketika sudah berhenti cari daerah terbuka yang lebih aman
- Fokus pada jalur evakuasi
- Bagi wanita, jangan gunakan sepatu berhak tinggi
- Segera mencari titik kumpul yang aman (tempat terbuka di luar gedung) sambil menunggu instruksi selanjutnya dari pihak berwenang
- Di area terbuka pun harus diperhatikan, agar tidak berada di dekat gedung, pohon, dan tiang listrik. Jika ada retakan tanah segera menghindar 
- Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami
- Hindari daerah rawan longsor

3. Setelah gempa bumi
- Gunakan selalu jalur evakuasi
- Dalam kondisi panik, seringkali korban gempa bumi akan sibuk dengan keselamatan diri sendiri dan keluarganya, tapi diusahakan untuk peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar, tentunya sesuai dengan kesanggupan
- Waspada gempa susulan, jangan berjalan di daerah sekitar gempa
- Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa, karena masih mungkin ada gempa susulan dan bangunan yang terlihat masih kokoh bisa saja tiba-tiba runtuh secara bertahap
- Jika kebingungan, cari titik kumpul yang aman sambil menunggu instruksi selanjutnya dari pihak yang berwenang. Biasanya ada angket yang harus diisi seputar kerugian harta benda. Dengan berkumpul bersama orang senasib dan diarahkan petugas yang berwenang tentunya rasa panik dan stres dapat diminimalisir. Dengan catatan, jangan sampai petugas yang berwenang malah ikut-ikutan panik😁
(sumber: https://nasional.kompas.com).

D. Saran tentang manajemen mitigasi gempa bumi ke depannya
- Manajemen mitigasi gempa bumi di Kota Cimahi dan Bandung masih belum menyeluruh, masih terbatas di zona terdekat rawan gempa, seperti di Lembang (Kabupaten Bandung Barat). Lembang seperti dijadikan percontohan, tapi sayangnya belum diikuti daerah lain di Kota Cimahi dan Bandung
- Aturan hukum tentang manajemen mitigasi gempa bumi sebenarnya sudah diatur secara rinci dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sayangnya, implementasinya belum maksimal, kemungkinan memang belum diprioritaskan dan kurang anggarannya. Untuk itu, memang harus diperhatikan anggarannya. Kalau anggarannya ok, BPBD  setempat akan lebih giat melakukan sosialisasi dan simulasi mitigasi gempa bumi
- Kurikulum pendidikan di Kota Cimahi dan Bandung harus menambahkan dan mewajibkan manajemen mitigasi bencana alam, khususnya gempa bumi, dimulai dari sekolah formal sampai perguruan tinggi
- Sosialisasi manajemen mitigasi bencana gempa bumi juga kembali ditingkatkan di tempat-tempat strategis, seperti rumah sakit, mal, kantor pemkot, dan sebagainya. Tidak sebatas membuat poster yang ditempel di dinding, tapi ada simulasi yang melibatkan internal maupun warga sekitar
- Baiknya memang manajemen mitigasi gempa bumi selalu diingatkan (oleh pihak berwenang) sebagai bagian dari ilmu kehidupan warga setempat, sehingga warga setempat akan lebih aware
- Penggunaan teknologi Virtual Reality sebagai bagian simulasi mitigasi gempa bumi sangat baik sebagai edukasi juga, terutama menyasar generasi milenial.
 
Demikian artikel saya, isi artikel blog ini juga bisa diterapkan untuk semua wilayah rawan gempa bumi. Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan dan kemanusiaan, full text english), ketiga (tentang masalah dan solusi kelistrikan), serta keempat (tentang hewan peliharaan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:

90 komentar:

  1. Artikel yang bagus dan mengedukasi. Saya tau lembang rawan gempa (sudah lama tidak gempa), tapi saya baru tau jika jangkauan gempa bisa sampai kota Cimahi dan Bandung. Dan ini kurang disosialisasi pihak berwenang berikut mitigasinya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas apresiasi & respek untuk komen pertama. Selama ini, warga Cimahi & Bandung masih kurang menyadari potensi & daya merusak gempa Lembang. Mereka taunya sudah saja daerah Lembang yang berada di zona merah. Padahal, tidak seperti itu. Semoga ke depannya edukasi & mitigasi gempa bumi lebih digalakkan lagi

      Hapus
  2. purata dalam 10 tahun berapa kali kedua-dua kota ini mengalami gempa bumi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gempa bumi kecil pernah beberapa kali, tapi itu pusatnya di kota lain. Tapi, gempa bumi besar yang berpusat di Lembang belum terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Makanya agak was-was. Ditambah ada kajian ilmiah juga, walau waktu pastinya hanya Allah SWT yang tahu, ilmuwan hanya bisa memprediksi sepertinya halnya komentator bola. Thx

      Hapus
  3. Infonya penting enggak cuma buat masyarakat di sekitar daerah rawan. Tapi juga buat masyarakat umum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, info ini juga bisa untuk seluruh daerah rawan gempa bumi. Yang membedakan mungkin jalur evakuasi. Dan untuk daerah rawan tsunami perlu ada info tambahan, karena daerah yang dibahas ini jauh dari tsunami. Thx

      Hapus
  4. kota Pinrang kampung saya juga sering mengalami gempa pak dan setia tiga puluh tahun gempa besarnya pernah tahun 60 an lalu 90 an

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ada prediksinya juga, berarti gempa berikutnya sekitar tahun 2020-an... Semoga saja tidak terjadi dan kita semua selalu diberikan keselamatan dan keberkahan. Tapi tetap harus waspada dan mengetahui menajemen mitigasinya. Thx

      Hapus
  5. Jujur, saya juga masih belum dapat juga sih mengenai Sosialisasi mitigasi gempa bumi, kayaknya perlu ya memang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi setidaknya tiap daerah ada rawan bencana tertentu. Misal, ada yang rawan gempa, rawan gempa+tsunami, rawan banjir dan longsor, tentunya manajemen mitigasi bencananya berbeda, tergantung geografis juga. Saya rasa pemerintah setempat harus peka. Tapi semoga di daerah anda memang aman dari segala bencana. Thx

      Hapus
  6. di daerah saya, anak-anak SD tiap hari nyanyi lagu tentang apa yang harus dilakukan kalau ada gempa bumi. ini mungkin bagian sosialisasi juga ya

    saya baru tahu kota Cimahi keren juga soal gempa.apalagi Jabar rawan gempa ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus itu, sudah ada edukasi sejak dini. Mungkin inisiatif & inovasi dari guru setempat, mengingat belum masuk kurikulum juga. Jelas itu bentuk sosialisasi juga. Itu daerah mana ya? Jabar ga hanya patahan Lembang saja, ada juga sesar Bribis menyasar Jakarta, sesar Cimandiri menyasar Sukabumi, sesar Opak menyasar Yogya, dan masih banyak lagi. Thx sudah sharing

      Hapus
    2. Anak saya kls 1 SD di Banjarmasin Kalsel kak. Padahal disini hampir nggak pernah ada gempa hehehe

      wah banyak juga sesarnya ya

      Hapus
    3. Bagus edukasi mitigasi bencana sudah diajarkan sejak dini, tentunya melalui media yang tepat sesuai usia. Justru di daerah yang ga ada gempa malah lebih aware ya edukasi mitigasi bencananya...Tentunya edukasi mitigasi bencana sejak dini Bisa melalui nyanyian, dongeng, menggambar, dsb

      Hapus
  7. Nah, yang kurang di kita adalah soal sosialisasi dan kewaspadaan. Padahal, karena takdir kita berada di daerah berpotensi bencana, idealnya kita akrab dengan hal-hal terkait bencana. Tahu ilmunya lah yaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, seperti terlena, toh ga pernah gempa ini. Ternyata salah. Ada yang namanya periode gempa, sudah waktunya gempa, selama ini hanya "tertidur saja" saja. Benar, tau ilmu & praktiknya juga melalui simulasi misalnya. Thx

      Hapus
  8. Molto interessante il tuo post.
    Buona domenica.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Grazie per l'apprezzamento. Anche successo per il tuo blog

      Hapus
  9. Hampir sama kyk sumatra donk.. Kebetulan sy tuh di Bandar lampung..lumyn sering jg gempa"yg lmyn besar gempa Liwa walopun udh diluar ibukota Bandar lmpung.. Tapi efeknya kerasa banget... Air dlm bak kamar mandi aja ampe tumpah"...bhkan desember 2018 kmren jg.. Smpet anak krakatau yg meletus itu pan lmyn juga....lampung kan ujung sumatra... Dekat jg selat sunda 😱 hrs ttp waspada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Selat sunda memang berpotensi gempa juga, sepertinya harus mewaspadai bencana gunung meletus. Dan satu lagi, potensi dann karakter tsunaminya harus diwaspadai. Thx sudah sharing

      Hapus
  10. Semoga cimahi dan bandung selalu dalam keadaan aman-aman yaa
    Padang nih, serem gempa tahunannya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Padang sering frekuensi gempanya ya. Lembang memang gempanya jarang, tapi sekalinya gempa bisa gempa besar. Semoga kita semua selalu mendapatkan perlindungan Allah Swt. Aamiin. Tks

      Hapus
  11. saya ingat kali waktu gempa di padang, wah itu semua tetangga keluar rumah, dan lebih gawat lagi saat isu tsunami, makin parah manusia yang lari2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh ngeri juga. Kalau sudah panik, memang denger isu ini itu semakin menakutkan saja. Manusia sibuk memikirkan diri sendiri & keluarganya, tetangga kiri kanan akan terlupakan. Semoga kita semua mendapatkan perlindungan Allah SWT. Aamiin

      Hapus
  12. Ditempat kami jarang ada gempa. pernah tapi kecil, namun manajemen mitigasai penting utk diketahui jika kebetulan sdg berada di tempat lain dan terkena gempa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap saja gempa kecil berarti ada potensi gempa yang tidak boleh diabaikan & perlu manajemen mitigasi gempa. Thx

      Hapus
  13. kemaren tangkuban perahu juga meletus ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, gunungnya hanya batuk2 kecil, tapi menyimpan potensi juga mengingat itu gunung berapi aktif. Harus ada manajemen mitigasi khusus lagi. Thx

      Hapus
  14. Pendidikan dan peminatnya bersifat sukarela. Kita memang belum memiliki kesadaran penuh terhadap pencegahan karena banyak faktor yang harus kita hadapi: Latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sedikit pengaruh budaya (atau apalah namanya) yang masih suka "pasrah" kepada nasib.

    Namun saya yakin banyak juga warga yang telah mencoba membangun rumah tahan gempa. Paling tidak kesadaran itu telah ada, next time tinggal memupuknya dengan sistematis ke tengah masyarakat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, sifatnya sukarela & harus ada inisiatif dari warga setempat. Hal ini juga akibat anggaran pemerintah masih terbatas, bukan prioritas. Dan belum masuk kurikulum pendidikan juga. Thx

      Hapus
  15. Nahh, di Indonesia nih masih kurang pendidikan mitigasi bencana macem gempa. Padahal jelas-jelas Indonesia banyak gunung berapi. Resiko gempa sangat tinggi. Harusnya ini jadi tugas pemerintah buat mengedukasi rakyatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Kadang saya mikir kok ga ada program tv yang membahas hal seperti itu, misal ada simulasi seperti virtual reality pasti menarik generasi milenial & juniornya. Serta belum masuk kurikulum pendidikan. Thx sudah sharing

      Hapus
  16. Saya setuju banget kalau pendidikan mengenai antisipasi gempah ini masuk kurikulum plus kita seharusnya memang menyiapkan bangunan tahan gempah.

    Tapi, semua serba salah juga sih....
    Di Bali baru saja juga ada gembah di area Buleleng tapi terasa sampai ke arah selatan Bali (tempat tinggal saya).

    Sempat takjub dengan Jepang, saat ada bencana badai tempo hari dikabarkan korbannya yang cuma beberapa orang itupun lansia, betapa mereka sudah mempersiapkan semuanya.
    Termasuk pemerintah menelpon warganya satu persatu make sure masyarakatnya sudah mengamankan diri.
    Tapi, warganya juga nurut sih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jepang sudah melangkah lebih jauh. Rakyat lebih sigap & mandiri, tapi pemerintahnya tetap support. Di kita, jujur saja, rakyat lebih sering nyari sendiri & berinisiatif hehe..Thx

      Hapus
  17. Manajemen mitigasi bencana di negeri ini, saya akui memang masih sangat kurang. Padahal, Indonesia termasuk negara yang sering mengalami gempa namun pengetahuan mitigasi dari masyarakatnya sangat kurang. Bahkan saya secara pribadi tidak pernah mendapatkan pelajaran mitigasi di bangku sekolah formal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anggarannya tidak diprioritaskan, sehingga masih setengah hati. Memang harus ada inisiatif warganya. Semoga Mendikbud yang sekarang juga memperhatikan hal ini & dimasukkan ke kurikulum pendidikan, jadi bukan sebatas fokus inovasi&teknologi saja. Thx

      Hapus
    2. Juga harus ada sosialisasi secara rutin terutama terhadap daerah rawan gempa

      Hapus
  18. kalau sempat keluar dari bangunan tinggi atau rumah..

    boleh diamggap selamat.

    bahaya gempa bumi kalau berlalu Tsunami sahaja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, tentunya wajib lewat jalur evakuasi gedung. Intinya jangan panik, ikuti instruksi petugas berwenang setempat. Thx

      Hapus
  19. Luarbiasa pak Vicky, semoga masyarakat lembang bisa teredukasi dengan artikel ini..

    Salam dari warga Kalimantan barat, tak ada gunung.. Cuma ada bukit kelam saja.

    Semoga, selalu diberikan keselamatan oleh Tuhan YME untuk masyarakat Indonesia yang berada dalam radius pegunungan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas apresiasinya. Saya juga masih belajar dan mencari berbagai referensi agar semakin luas ilmunya. Doa anda, doa kita semua, jadikanlah negeri ini yang makmur dan berkah, dihindarkan dari segala macam keburukan dan bencana. Aamiin

      Hapus
  20. Kenapa harus jongkok atau berlindung di bawah meja kalau material dinding itu keras akan menciderai juga nantinya?

    Artikelnya sangat bagus pak bisa untuk pemahaman orang-orang yang wilayah terkena zona gempa,tidak hanya orang wilayah Bandung saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Tapi terkadang praktiknya berbeda, karena rusuh dan panik, yang dipikirkan cuma lari sekencang mungkin keluar dari gedung. Padahal itu sangat dilarang jika masih ada gempa, bisa menimbulkan cedera. Terima kasih

      Hapus
  21. semoga tabah menghadapi musibah seumpama ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga sih tidak terjadi, tapi tetap harus waspada, apalagi ilmuwan sudah berpendapat bahwa gempa Lembang itu tinggal nunggu bangun dari tidurnya saja, sekarang lagi fase tertidur. Thx

      Hapus
  22. Pembelajaran seperti ini memang harus digencarkan, agar jika terjadi bencana dikemudian hari tidak panik dan malah membahayakan diri sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, harus diakui untuk simulasinya masih sangat kurang. Banyak peneliti yang sudah membahas hal ini, tapi kan tetap butuh sosialisasi nyata. Thx

      Hapus
  23. Sebenarnya kalau dalam situasi seperti ini yang dipikirkan cuma satu, yaitu gimana caranya bisa selamat... Dan benar harusnya kita itu sedia payung sebelum hujan.. Semoga kita semua dijauhkan dari bencana yang tidak diinginkan.. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Dalam kondisi panik, tentunya ingin menyelamatkan diri dulu, baru orang terdekat dan orang di sekitarnya prioritas terakhir. Jangan sampai kebingungan bagaimana menyelamatkan diri karena tidak tau ilmunya. Doa yang sama. Aamiin

      Hapus
  24. Terima kasih sharing dan informasinya, sangat bermanfaat. Baru tahu pernah ada gempa bumi yang dahsyat di lembang. Sebagai warga Garut harus ikut waspada juga, nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setau saya di Garut ada sesar aktif juga, namanya sesar Garsela (Garut Selatan)

      Hapus
  25. Akhir-akhir ini memang sering terjadi gempa. Hampir setiap hari ada info gempa dari twitter.
    Baca artikel ini yang membahas patahan lembang jadi bikin tambah waspada karena saat ini tinggal di daerah patahan lembang. Huhu
    Semoga yang dikhawatirkan tidak terjadi :D dan terimakasih atas info terkait mitigasi gempanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, apalagi tinggal di daerah Lembang wajib paham dan bisa mempraktikkan manajemen mitigasi gempa bumi. Bahkan, jika perlu mempelajari tanda-tanda alam aneh sebelum gempa bumi. Semoga bermanfaat

      Hapus
  26. Benar-benar mengedukasi bukan hanya untuk warga Bandung saja tapi untuk semua, siap tak siap memang kita harus selalu siap menghadapi bencana. Semoga yang Maha kuasa melindungi kita semua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, karena manajemen mitigasi gempa bumi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat, baik yang tinggal di daerah gempa maupun tidak. Bagi yang tinggal di daerah yang aman dari gempa tetap wajib tau mitigasi gempa ini, bisa jadi mereka sedang bepergian ke daerah rawan gempa dan terjadi gempa

      Hapus
  27. Interesting post about your country.
    Thanks for sharing.
    Kisses!

    galerafashion.com

    BalasHapus
  28. Duuuuuh pentiiing info ttg gempa ini mas. Krn memang walonnegara kita rawan terjadi gempa, tapi masih banyak aja yg ga peduli soal ini. Zaman aku masih kerja, kan selalu ada earthquake drill dilakukan rutin Ama kantor. Tapi itu selaluuuu aja ada staff yg ambil enteng. Pas alarm bunyi bukannya ikutin langkah2 yg udah dikasih tau, malah masih enak aja tetep kerja. Padahal itu ga boleh. Walopun hanya drill, tapi kan ttp hrs serius. Gimana kalo bukan drill.

    Aku salut Ama Jepang yg dari anak2 TK nya aja udh ngerti cara2 kalo gempa. Saking seringnya ngalamin kali Yaa. Sampe ada museum gempa bumi di Kobe yg baguus banget. Ada simulator nya juga. Aku merinding pas ngerasain gempa sekuat itu di simulator nya. Kekuatan yg sama pas terjadi gempa di Kobe bbrp THN lalu.

    Tapi gempa kemarin di Banten, aku juga ngerasain di rumah. Kirain anakku sedang goyang2in tempat tidur, tapi ternyata bukan :(. Udah lama ga ngerasain gempa berasa banget gitu . Semoga yg di Lembang dan sekitarnya aman, setidaknya kalo nanti sesar Lembang aktif, jangan sampe bikin kerusakan yg terlalu parah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berbagi pengalaman. Bagus juga di tempat kerjanya sudah ada sosialisasi dan simulasi gempa. Harapannya harus dilakukan dengan serius. Memang di Indonesia banyak patahan atau sesar aktif namun masih tertidur. Sebagian besar wilayah Indonesia rawan gempa

      Hapus
  29. Wah, berarti di Bandung dan sekitarnya belum pernah gempa selama 560 tahun ya pak, lama sekali ya, mungkin terakhir gempa waktu jaman kerajaan Pajajaran.

    Tapi takutnya karena lama tidak ada gempa, sekali ada maka bisa besar gempanya, 6.5 skala Richter atau lebih, semoga saja tidak.

    Iyah, kemarin memang ada gempa, aku yang lagi main hape juga kaget, kok kursi goyang goyang, terus kaca bunyi klotak klotak gitu, langsung lari keluar, eh beneran ada gempa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sependapat. Banyak ilmuwan juga berpendapat sebenarnya patahan aktif yang sedang tertidur itu sedang mengumpulkan tenaga yang sewaktu-waktu bisa keluar. Atau tidak pernah keluar, sekalinya keluar langsung dahsyat. Itu yang dinamakan megathrust. Sayangnya, masih ada yang beranggapan itu hoaks atau sekkedar menakut-nakuti

      Hapus
  30. Artikelnya bagus banget pak dan pastinya bermanfaat. Kadang miris di saat gempa banyak yg menjadikan sebagai konten dan melupakan keselamu diri sendiri. Direkam boleh boleh saja namun tetap tanggap bencana ya pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas apresiasinya. Wah itu bener juga, apa-apanya demi konten, kemarin kecelakaan di Jombang juga. Supaya viral dan dapat cuan juga. Tapi sebetulnya asal tau prioritas dan keselamatan bersama, bikin konten pun boeh-boleh saja

      Hapus
  31. semoga Allah selalu melindungi kita dari musibah.

    BalasHapus
  32. Perlu banget nih sosialisasi mitigasi gempa. Saya dulu kuliah di Jogja, kerap terjadi gempa pada masa itu. Apalagi kota-kota urban di mana ada apartemen-apartemen dan gedung tinggi, perlu banget warga belajar mitigasi gempa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Sebagian besar wilayah Indonesia rawan gempa. Tentunya edukasi manajemen mitigasi gempa bumi menjadi kewajiban, di samping bisa membaca tanda-tanda alam dan mengetahui potensi sumber gempa

      Hapus
  33. Keren sekali ulasannya kak.

    Aku jadi teringat bagaikan di Jepang sudah menerapkan di sekolah-sekolah dasar buat siswanya.

    Perihal ini memang harus jadi perhatian khusus pemerintah untuk mengedukasi masyarakat,baik yang tinggal di daerah rawan gempa ataupun tidak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jepang, mitigasi gempa sudah dimasukkan ke kurikulum pendidikan. Bahkan anak SD di sana sudah mengetahui (tanpa dikomandoi) apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa. Sementara di Indonesia belum seperti itu

      Hapus
  34. Obrigada pela visita ao meu blogue. Boa semana

    BalasHapus
  35. Makasih sudah disarikan sedemikian lengkap Pak Vicky. Memang penting nih terutama di musim musim begini. Cuaca yang tak menentu...keadaan tanah dan patahan lainnya. Sehingga menyebabkan rawan gempa

    kemarin yang tergress gempa banten kan ya. Bahkan sampai jabodetabek ikut meradakan juga sebab skalanya cukup tinggi

    aku sendiri pas di rumah kena gempa... ya agak takut juga sih Pak. Tetiba goyang aja...misal pas kena gempa eh lihat air galon kok goyang goyang.pas duduk kenapa tetiba pusing...kadang efek pusingnya kayak berkepanjangan. Besoknya dah ga gempa tapi berasa kayak kepala tetep muter. Kira kira kenapa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah baca, bisa jadi terkena earthquake sickness. Akibat dari pikiran juga yang stres (panik), menyebabkan tubuh kehilangan keseimbangan, ada saraf yang terganggu dan sering pusing tiba-tiba walau tidak terjadi gempa. Apalagi jika baru pertama kali merasakan gempa bumi. Tentunya kondisi tiap orang berbeda, ada yang cepat pulih, ada yang lama. Solusi paling mudah melakukan relaksasi, entah itu pijat ringan, olahraga ringan di tempat sejuk seperti senam, yoga, dsb. Biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Kalau belum sembuh harus dikonsultasikan ke dokter. Stay safe

      Hapus
  36. Informasi yang membantu pak. Mengingat patahan lembang yang sedang "tertidur". Saya jadi ingat lagu sewaktu menjadi relawan bencana Palu, "kalau ada gempa lindungi kepala, kalau ada gempa jauhi jendela.." kurang lebih begitu

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah luar biasa pernah menjadi relawan bencana Palu, menjadi nilai plus sifatnya sukarela. Benar, saaat gempa kepala harus benar-benar terlindungi, bahkan jika sempat mencari dan menggunakan pelindung kepala apapun termasuk helm proyek. Semoga bermanfaat

      Hapus
  37. Boa noite amigo, passando para desejar uma feliz semana e agradecer a visita ao meu blog.
    Saudações.

    BalasHapus
  38. Seharusnyalah daerah rawan gempa menerapkan aturan keselamatan. orang mengerti keselamatan kok malah di bilang lebay...inilah orang kita...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Sedih memang kalau dibilang lebay atau parnoan. Seharusnya disupport, malah yang menganggap remeh justru yang harus malu

      Hapus
  39. daerah saya Kotanopan, juga sering gempa om, tapi kalau ada gaempa sanagt jarang infonya dirilis BMKG.

    BalasHapus

1. Silakan berkomentar secara bijak
2. Terbuka terhadap masukan untuk perbaikan blog ini
3. Niatkan blogwalking dan saling follow blog sebagai sarana silaturahim dan berbagi ilmu/kebaikan yang paling simpel. Semoga berkah, Aamiin :)😇
4. Ingat, silaturahim memperpanjang umur...blog ;)😜

Manajemen Puasa Ramadan yang Menyenangkan

Seringkali kita mendengar istilah manajemen yang merupakan salah satu jurusan perkuliahan di fakultas ekonomi, tapi kurang paham apa defini...