All about Innovation💡, Law⚖️, Management📝, & Soccer⚽: Jerat Hukum Oknum Penimbun Masker

IWA

Rabu, 04 Maret 2020

Jerat Hukum Oknum Penimbun Masker

Masker, hand sanitizer, dan cairan antiseptik menjadi barang kebutuhan pokok di saat virus korona (Covid-19) menyebar ke banyak negara. Ketika kasus penyebaran & penularan virus korona tidak disangka terjadi di Indonesia, ada saja oknum pengusaha yang ingin memanfaatkan keuntungan besar di tengah duka banyak pihak dengan menjual masker jauh di atas pasaran. Di samping itu, bentuk kezaliman lain adalah menimbun masker tanpa ada rasa empati & kemanusiaan (ujung-ujungnya agar stok langka & kemudian dijual dengan harga yang fantastis untuk memperkaya diri sendiri). Mereka lebih senang menjual secara online agar tidak mudah terdeteksi (sepertinya sudah sadar diri apa yang dilakukan melanggar hukum). Keterlaluan masker bisa dijual secara online seharga Rp. 1,7 juta per box isi sekitar 144 buah atau Rp. 11.800 per satuan😱 (normalnya sebelum kasus virus korona hanya Rp. 144 ribu per box atau Rp. 1000 per satuan, saat kasus virus corona menyebar pun kenaikan masih wajar jika naik sampai 5 kali lipat) -> sumber: moneykompas.com. Begini kalau bisnis hanya mengacu kepada sistem kapitalisme...

Di samping itu, ulah mereka berpotensi merugikan tenaga medis yang menjadi garda terdepan untuk menerangi virus Corona. Kalau stok masker habis, bagaimana tenaga medis bisa bekerja optimal? Memang sih keuntungan yang didapat bisa mencapai ratusan juta rupiah dalam waktu yang singkat. Tapi, mengeruk keuntungan dengan menzalimi banyak pihak bukankah itu haram?

Si oknum ini melanggar 2 peraturan hukum sekaligus:
1. Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli & Persaingan Usaha Tidak Sehat
- Pasal 5 ayat (1): Penimbun masker maupun kebutuhan pokok lainnya dengan menetapkan harga di atas pasaran bisa dianggap sebagai monopoli & persaingan tidak sehat
- Pasal 48 ayat (2): Hukuman bagi penimbun masker berupa penjara maksimal 5 bulan dan atau denda Rp. 5 M - Rp. 25 M

2. UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
- Pasal 29 ayat (1): Larangan pelaku usaha menimbun barang kebutuhan pokok di tengah kelangkaan & menyebabkan gejolak harga (harga menjadi tinggi, jauh di atas pasaran)
- Pasal 107: Hukuman bagi penimbun barang pokok seperti masker adalah penjara maksimal 5 tahun dan atau denda maksimal 50 M.

'Azab' Hukum Tidak Seberapa Dibanding Azab Indosiar🤪
Operasi pasar secara mendadak/inspeksi mendadak (sidak) perlu dilakukan kepolisian sebagai bagian dari upaya penegakan hukum terhadap pengusaha yang bandel mempermainkan harga. Tapi, itu saja tidak cukup, ada penjualan masker dan sejenisnya secara online yang dinilai lebih gencar perlu dilacak melibatkan ahli IT, media sosial, dan tim cyber crime kepolisian.

Perlu diingat bahwa masker hanya untuk orang yang sakit (batuk, flu, dan bersin). Sehingga, pembelian masker secara berlebihan bisa dihindari dan bisa menekan ulah oknum penimbun masker. Sehingga, panic buying tidak perlu terjadi.

Asalkan Nyari Duitnya Halal, Tidak Menimbun, & Tidak Mempermainkan Harga sih Malah Berkah Naik Hajinya😷
Sejauh ini sudah ada 2 penimbun masker yang ditangkap di Jawa Tengah. Semoga saja oknum pengusaha ditindak tersebut menurut hukum yang berlaku tanpa tebang pilih dan peringatan buat yang lain juga. Terakhir, semoga kita semua dilindungi dari ulah nakal oknum pengusaha & segala macam penyakit. Aamiin😇.

Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan & kemanusiaan, full text english), ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan), dan keempat (tentang hewan peliharaan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:

60 komentar:

  1. Kat Malaysia penutup mulut/hiding termasuk harga terkawal.

    BalasHapus
  2. Keterlaluan memang yang nimbun masker, supaya dapat untung banyak, apa ngga kasihan sama yang duitnya pas-pasan.😂

    Lucu meme nya bang, tukang masker naik haji, habis nimbun masker soalnya.🤣😂🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelah tukang masker naik haji dilanjut episode berikutnya azab Indosiar karena mempermainkan harga dan membuat langka barang hehe..

      Hapus
    2. Sekarang keadaan makin gawat ya kang, sudah 19 orang kena Corona. Aku coba nyari masker di toko online harganya sudah mahal semua, hampir 6.000 perbiji padahal dulunya cuma 1.000.😑

      Mana maskernya langka lagi.

      Hapus
    3. Ada hukum ekonomi kalau naiknya 5 kali lipat masih wajar. Berarti itu sudah 6 kali lipat ya biasa memanfaatkan situasi

      Hapus
  3. Маска от корона вируса не поможет. И маски должны носить больные, а не здоровые люди. У нас в России никакой паники нет. Но все равно страшно.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Согласитесь, маски предназначены только для больных людей, но многие не понимают так паники по поводу покупки масок. Но необходимо соблюдать бдительность, учитывая многие средства передачи, даже бумажные деньги могут

      Hapus
    2. Haha kang vicky bisa bahasa rusia juga? 😆

      Hapus
    3. Google translate itu🤭. Kalau bicara bahasa Rusia nyerah... Ya biar mereka respek & mau mengunjungi blog lagi

      Hapus
    4. Aku juga kalo ngunjungi blog mbak Evi yang bahasa Inggris pakai google translate, soalnya ngga paham.😂

      Hapus
    5. Niat banget nih translate nya, bisa bedain juga bahasa rusia kek gitu, soalnya kan biasanya ada yang mirip mirip gitu ;D

      Hapus
    6. Saya penasaran kalau blog bahasa Jepang dan Arab translate-nya bakal lebih pusing hehe..

      Hapus
  4. Mungkin bisa digunakan cara operasi pasar. Dimana pemerintah turun tangan langsung menjual masker ke masyarakat dengan harga normal. Atau bila perlu kita mencontoh seperti singapura, pemerintahnya menggunakan tenaga tentara untuk membagikan langsung masker kerumah2 dan menerjunkan relawan untuk aktif membersihkan lingkungan sekitar dengan desinfektan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Singapora bisa menjadi contoh. Sehingga sudah tidak ada celah nyari duit di tengah misi kemanusiaan. Di Indonesia sepertinya komunitas relawan belum diberdayakan & kurang terkoordinasi. Thx infonya

      Hapus
  5. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, harusnya penjual masker ini ada dimana mana, kalau cuma main sendiri gitu kan jadi bebas berkuasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, itu monopoli atau bisa saja ada mafianya, yang ada di pikirannya cuma duit saja, tidak ada sedikitpun empati..

      Hapus
    2. Betul sekali, sudah tau banyak yang butuh malah menjual dengan harga mahal.. Saya ke apotik, toko, tidak ada yang jual karena stok tidak ada atau habis.. Mungkin karena harga yang mahal ini

      Hapus
    3. Betul dan mungkin saja sengaja ditimbun oleh oknum yang ingin memperkaya diri

      Hapus
  6. Itu baru masker, kini jahe semakin susah ditemui, kalau ada harganya pun berlipat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang masih harus dibuktikan secara ilmiah apa bisa menyembuhkan total. Tapi, memang jahe agar daya tahan tubuh kuat. Semakin banyak dibutuhkan, semakin langka & melambung harganya. Tapi kalau ada permainan harga, naiknya keterlaluan memang masuknya pelanggaran hukum

      Hapus
  7. There is mass panic over here in the UK, people stockpiling food and cleaning products. It is real madness.

    BalasHapus
    Balasan
    1. panic does not need to occur if there is firmness from the government. This panic made the stock scarce and the price expensive

      Hapus
  8. Yap bener, semoga hukumnya beneran berlaku nggak tebang pilih. Jahat bgt buat yg nimbun2 masker :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, terkadang yang kelas kakapnya ini yang masih suka lolos harus diusut juga

      Hapus
  9. Turunkan harga maskerrrrrr, harga masker mahal banget we

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik 5 kali lipat menurut hukum ekonomi masih wajar, kalau lebih dari itu kurang ajar namanya hehe..

      Hapus
  10. Orang kota biasanya kelakuannya aneh2, takut mati mungkin wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Panik sepertinya. Terkadang karena liat tetangga kiri kanannya panik jadi ikut-ikutan. Seperti masker, itu kan hanya untuk yang sakit flu, bersin, dan batuk saja. Ini orang sehat malah yang borong masker jadilah kecurangan seperti penimbun masker. Seharusnya ada yang mengendalikan. Pemerintah tentu tidak bisa mengawasi, harus dimulai dari lingkungan terkecil seperti RT dan RW. Nah, masalahnya kalau RT dan RW-nya panikan bagaimana dengan warganya hehe..

      Hapus
  11. Memang di dunia bisnis antara kreatif dan licik beda-beda tipis. Wah, blog ini sudah menggunakan TLD, semoga semakin sukses dan ramai trafik blognya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ide baru yang baik disebut kreatif dan inovatif. Sedangkan ide baru yang jahat disebut licik dan curang. Terima kasih atas apresiasinya, memang itu harapannya. Aamiin

      Hapus
  12. ada saja manusia serakah seperti setan ya mas, sudah jelas ini adalah musibah, masih saja dimanfaatkan, geram saya mendengarnya. kalau ketemu, sebaiknya orang seperti itu dibumihanguskan aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mirip seperti yang difilmkan di film the flu (sangat mirip dengan kondisi sekarang akibat virus corona). Ketika ada bencana wabah, selalu saja ada orang yang mementingkan dirinya sendiri, ambisius, dan tidak empati

      Hapus
  13. Amin..

    Kalo si penimbun yang kena baru tau rasa, biar dia pakai semua masker timbunannya, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, sering mempermainkan harga & menimbun masker, si penimbun tertimpa timbunan masker yang sudah terkontaminasi hehe..

      Hapus
  14. dan harusnya juga para kartel penimbun sembako bisa juga diberantas nih hmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, biasanya kelas kakap nya yang sulit tersentuh. Bekingan nya mungkin kuat. Tapi kalau yang pelaku kelas teri langsung disikat

      Hapus
  15. Balasan
    1. Kalau naik sampai 5 kali lipat masih wajar. Tapi, kalau lebih dari itu ada permainan

      Hapus
  16. Selamat, blog sudah TLD. Se,pha kian semangat mengiinya. Jangan seperti saya yang terlalu sibuk dengan urusan follow loop Instagram Indonesia Saling Follow jadi kurang perhatikan blog karena tidak bisa fokus pada banyak hal.
    Mau lp,entar soal tampilan blog jika boleh. Jika senggang, tambahkan menu nacogasi di atas blog untuk memudahkan.
    Hyga setiap artikel diberi jump break, tanda itu ada di ayas dasbor tempat mengetik artikel.
    Itu saja. Saya mulai ngantuk dan menguap terus, he he.
    Senang jika acar Indonesia Saling Follow selesao dan berjalan lancar, saya bisa tidu nyenyak. Faktor kelelahan sekaligus lega kali ini.

    Harfa masker yang beberapa tahun lalu saya neli di warung dekat sekolah Palung hanya 2 atau 3 rinuan, itu masker sekali pakai yang murah.

    Jika sekarang harga masker tidak wajar berarti masalah keserakahan adalah virus paling membahayakan di muka bumi ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul,Serakah dan tidak empati. Terima kasih atas apresiasi dan saran untuk kemajuan blog ini. Memang setelah menggunakan TLD, Alexa rank langsung turun, tapi mudah-mudahan hanya sesaat. Saya coba perbaiki bertahap. Masker kalau naiknya sampai 5 kali lipat masih wajar. Luar biasa dengan ISF-nya, ibu sebagai pelopornya sampai sekarang masih eksis. Walaupun sifatnya sukarela, tidak dibayar, semoga jadi amal kebaikan & mendapat rezeki dari bidang lain yang digeluti. Aamiin

      Delete

      Hapus
  17. Menurut saya memang dari segi peraturan udah cukup memadai seperti yang mas Vicky jelasin di atas. Tapi memang ada aja pengusaha nakal yang memanfaatkan kesempatan. Sebagai pengusaha memang harus pintar melihat kesempatan tapi tidak dalam keadaan begini dan cara yang salah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Dalam etika bisnis pun tidak boleh mempermainkan harga & menjual dengan harga lebih dari 5 kali lipat. Ya itu tadi, serakah

      Hapus
  18. Miris yaa mas harga masker 1000 rupiah pas Tragedi Corona jadi 10 Ribu ditempatku.🤯

    Seolah mencari kesempatan ditengah bencana yang sedang menimpa negri ini dengan alasan barangnya lagi susah dan langka.

    Bahkan ada juga pembuat masker bekas disulap jadi baru. Dan harganyapun sama miris dengarnya.😲😲

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik lebih dari 5 kali lipat memang keterlaluan. Bisa disebut pedagang yang curang

      Hapus
  19. Sounds interesting-) Thanks for sharing!

    BalasHapus
  20. sama sahaja kesnya di sini...even hand sanitizer pun sold out / naik harga

    BalasHapus
    Balasan
    1. karna masyarakat melakukan panic buying. padahal corona penyakit kecil hehe

      Hapus
    2. Virus kecil tapi beranak banyak & menular ya ngeri juga hehe..

      Hapus
    3. Hukum ekonomi permintaan tinggi barang menjadi langka & mahal

      Hapus
  21. mengambil kesmpatan dalam kesempitan... banyak merugikan orang lain ya

    BalasHapus
  22. padahal sebelum virus merebak, harga masker cuma belasan ribu. Iya sih harga ditentukan sama supply - demand, tapi dengan cara menimbun saat banyak yang butuh itu keterlaluan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul. Ada aturannya (menurut hukum ekonomi) kalau naikin harga karena permintaan tinggi, itu maksimal 5 kali lipat. Ini kan lebih dan cenderung serakah

      Hapus
  23. Iya deh, kesel banget sama yg memanfaatkan keuntungan didalam kesusahan orang lain. Yang sebel lagi kalau dijual ke luar negeri.. gemeeez.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah kalau orang Serakah memikirkan diri sendiri seolah2 harta menjadi penyelamat saat di dunia dan di akhirat nanti hehe..

      Hapus
  24. Sampai saat ini harganya masih tinggi, belum normal, padahal kita sudah mau new normal, masa harga yang gak normal harus dianggap normal di masa new normal #apadikate

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu saja ada oknum yang memanfaatkan kondisi prihatin seperti saat ini untuk memperkaya diri

      Hapus

1. Silakan berkomentar secara bijak
2. Terbuka terhadap masukan untuk perbaikan blog ini
3. Niatkan blogwalking dan saling follow blog sebagai sarana silaturahim dan berbagi ilmu/kebaikan yang paling simpel. Semoga berkah, Aamiin :)😇
4. Ingat, silaturahim memperpanjang umur...blog ;)😜

Manajemen Puasa Ramadan yang Menyenangkan

Seringkali kita mendengar istilah manajemen yang merupakan salah satu jurusan perkuliahan di fakultas ekonomi, tapi kurang paham apa defini...